Apa Rahasia 'Penyambung Lidah Rakyat' yang Tertulis Batu Nisan Hitam Makam Bung Karno?

- 4 Oktober 2020, 15:09 WIB
Batu nisan hitam makam Bung Karno.
Batu nisan hitam makam Bung Karno. /RRI/Anik/

PR BEKASI - Batu nisan merupakan penanda kuburan yang biasanya dibuat dari batu. Biasanya, dalam batu nisan selalu dibubuhkan nama orang yang dikuburkan di sana, tanggal lahir, dan tanggal wafat.

Hal itu bertujuan agar nantinya dapat berguna bagi ahli sejarah dan ahli silsilah. Beberapa batu nisan modern juga dapat mengandung foto orang tersebut.

Namun, berbeda dengan batu nisan yang menandai makam Proklamator Kemerdekaan RI, Soekarno atau Bung Karno.

Baca Juga: Terkait Isu Pencopotan Jaksa Agung, DPR: Jangan Sampai Menimbulkan Kegaduhan di Kejagung

Sebagaimana namanya, nisan yang terdapat pada makam Presiden Pertama RI ini merupakan sebongkah batu.

Batu nisan berwarna hitam ini, merupakan batu marmer khusus yang didatangkan dari Panggul, Trenggalek, Jawa Timur. Bagian depan batu nisan, bertuliskan :

"Di Sini Dimakamkan Bung Karno
Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia
Lahir 6 Juni 1901
Wafat 21 Juni 1970
Penyambung Lidah Rakyat"

Baca Juga: Pernah Menjadi Sasaran Rasisme, Kini BTS Berhasil Donasi Rp14.9 M untuk Gerakan 'Black Lives Matter'

Juru kunci makam Bung Karno, Kahfi Annezar menceritakan, batu nisan yang menghiasi makam Bung Karno itu, juga menjadi struktur bangunan pada kompleks makam, seperti pada gapura, dan alas sekitar makam.

"Jadi didatangkan dulu masih mentahan ya. Sejenis ini, satu rumpun, (batu nisan dan gapura), semua dari Trenggalek. Jadi marmer yang ada di Trenggalek itu yang hitam ini," katanya, Minggu, 4 Oktober 2020, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI.

Ketika memasuki area pemakaman, suasana terasa lebih adem. Karena sekeliling makam, menggunakan batu marmer sebagai ubin atau pelatarannya. Hanya saja, marmer yang digunakan berwarna putih kekuningan.

Baca Juga: Kerap Pamer Barang Mewah dari Luar, Syahrini Kini Pakai Tas Hasil UMKM dalam Negeri: Ini Sepadan

"Kemudian, kalau yang putih ini dari Tulungagung," ucapnya.

Kahfi mengatakan, tidak ada filosofi khusus terkait batu nisan warna hitam yang menjadi penanda makam Bung Karno tersebut. Hanya saja, semasa Bung Karno masih hidup, ingin dimakamkan dengan ditandai batu nisan bertuliskan "Penyambung Lidah Rakyat".

"Penyambung Lidah Rakyat" adalah istilah/gelar yg disematkan pada presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Baca Juga: Kerap Pamer Barang Mewah dari Luar, Syahrini Kini Pakai Tas Hasil UMKM dalam Negeri: Ini Sepadan

Semua sebutan-sebutan yang mentereng itu, bukanlah tujuan dan keinginannya, namun merupakan penghargaan dari rakyat kepada perjuangannya selama ini, yang sebenarnya Bung Karno hanya bergerak dan bertindak atas kehendak rakyatnya,

Sampai kapanpun, hanya keinginan itulah yang akan selalu dia bawa dan dia pertimbangkan, pada setiap perjuangannya, di manapun sampai kapanpun, hingga akhir hayatnya.

Hingga dinyatakan didalam suatu kesempatan, bahwa Bung Karno tak menghendaki segala macam gelar dan protokol, terbawa di dalam batu nisannya kelak, Bung karno mewanti-wanti, nanti apabila Beliau dikuburkan agar diberikan batu nisan sederhana.

Baca Juga: Belum Bisa Move On dari Salshadilla Juwita, Lutfi Agizal: Selama 1 Bulan, Gue Nangis, Gue Nyesek!

Jangan di beri batu nisan yang bertuliskan, "Disini dikuburkan Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Sukarno", dan jangan juga dituliskan "Disini dikuburkan Paduka Yang Mulia Presiden Tuan Besar Sukarno."

Karena Menurut Bung Karno semua gelar gelar yang mentereng itu tidak ada satupun yang beliau kehendaki, namun semua mesti beliau terima dan beliau jalani, sebagai ketentuan yang harus dilaksanakan.

Demi penghargaan yang tinggi dari Rakyat Indonesia, kata Bung Karno, "Namun sungguh sebenarnya semua itu, menjauhkan diri saya dari jangkauan dan rengkuhan Rakyat yang sangat saya cintai."

Baca Juga: Hadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0, Menristek: Indonesia Masih Perlu Tingkatkan Kemampuan SDM

Pada area pemakaman, tidak ada hiasan kain atau atribut lain yang menunjukkan kebesaran seorang Soekarno.

Makamnya, selalu ramai dikunjungi para peziarah, setiap harinya. Makamnya juga terbuka, tidak ada pagar pembatas apapun.

"Itu adalah bentuk kerendahan hati seorang besar." ucap Kahfi.

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah