Terbongkar, Bos Chelsea Jadi Donatur Terbesar Israel dengan Sumbangan Ratusan Juta Dolar

23 September 2020, 15:55 WIB
Pemilik Chelsea asal Rusia, Roman Abramovich. /Reuters / Dylan Martinez Livepic

PR BEKASI - Pemilik Chelsea FC, Roman Abramovich diketahui telah menyumbangkan 100 juta dolar Amerika atau sekitar Rp1,5 triliun kepada Israel untuk membangun pemukiman warga Yahudi di Jerusalem Timur yang merupakan wilayah milik Palestina

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian, miliarder kelahiran Rusia tersebut telah mendapatkan kewarganegaraan Israel sejak tahun 2018.

Roman Abramovich yang merupakan taipan asal Rusia diketahui sebagai keturunan Yahudi Ashkenazi dari kedua orang tuanya yang berasal dari Lithuania.

Baca Juga: Donald Trump Kekeh Tuduh Tiongkok sebagai Dalang Penyebaran Covid-19 dalam Sidang ke-75 PBB 

Dirinya dikenal telah menjadi penyumbang tetap bagi negara Zionis tersebut yang digunakan untuk proyek penelitian, pengembangan, dan berinvestasi di perusahaan lokal .

Diketahui, dirinya memberikan sumbangan untuk Israel lewat Elad, sebuah organisasi yang mendukung berdirinya pemukiman Yahudi di Jerusalem Timur milik Palestina, tepatnya di daerah Silwan.

Juru bicara Abramovich mengatakan majikannya tersebut adalah pendukung setia bagi orang Israel dan Yahudi.

“Dia adalah pendukung utama warga Israel dan Yahudi yang selama 20 tahun terakhir dia telah menyumbangkan uangnya untuk mendukung pengembangan kesehatan, sains, pendidikan, dan komunitas Yahudi di Israel dan di seluruh dunia,” katanya.

Baca Juga: Kabar Baik dari Bandung, Yana Mulyana: Mayoritas ASN Sembuh dari Covid-19 

Hal itu menjadikan pemilik Chelsea tersebut sebagai penyumbang tunggal terbesar selama 15 tahun terakhir untuk Elad, yang dinamai dari bahasa Ibrani yang berarti "Iman abadi Tuhan".

Organisasi yang juga mendapat dukungan dari pemerintah Israel itu juga berusaha memperkuat kehadiran pemukiman Yahudi di Silwan dengan mengusir penduduk asli di daerah tersebut yaitu masyarakat Palestina.

Elad diketahui telah membuka dan mengelola situs arkeologi di Silwan bernama City of David yang telah menjadi daya tarik wisata yang sangat besar di daerah tersebut.

Pembukaan situs tersebut telah dikritik oleh para diplomat Uni Eropa karena Elad berusaha untuk mengabaikan sejarah kota kuno Jerusalem sebagai tempat suci dari tiga agama (Islam, Yahudi, dan Kristen) dan kini diketahui menjadi tempat suci khusus orang Yahudi.

Baca Juga: Pria Pakistan ini Beli Tanah di Bulan sebagai Mahar Pernikahannya 

Situs resmi City of David mengatakan pihaknya akan tetap berkomitmen untuk mengungkap hubungan antara situs tersebut dengan warga Yahudi.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan warisan Raja Daud serta mengungkap dan menghubungkan orang Yahudi dengan melalui empat inisiatif utama: penggalian arkeologi, pengembangan pariwisata, program pendidikan, dan revitalisasi perumahan,” Kata situs tersebut.

Elad, mirip dengan organisasi lainnya yang mendukung pembukaan pemukiman Yahudi, mereka membeli rumah masyarakat Palestina dan menggunakan undang-undang Israel yang kontroversial yang memungkinkan negara untuk mengambil alih properti milik Palestina

Saat ini, sekitar 450 pemukim Yahudi telah tinggal bersama hampir 10.000 warga Palestina di Silwan.

Baca Juga: Tak Terjangkau Kuota Gratis untuk PJJ, Yalimo Nahor: Kalau di Papua Paling 5-6 Tahun Baru Bisa 

Pembukaan pemukiman Yahudi di tanah yang diduduki oleh Israel tersebut dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Israel menganggap seluruh Jerusalem sebagai wilayah kedaulatannya, meskipun klaim itu sebagian besar tidak diakui.

Pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel telah membuat Israel serasa diatas langit.

Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman diketahui mengambil bagian dalam upacara pembukaan di City of Daud.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler