Namun jika kita menjalin silaturrahmi dan mengunjungi orang yang memutuskan tali silaturrahmi maka itu merupkan akhlak mulia dan kaya nilai.
Perselisihan dan persoala setajam apa pun pasti akan hilang jika kita melapangkan dada dan ikhtiar dengan iklas untuk mengawali bersilaturrahmi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: 4 Golongan yang Diharamkan Masuk Neraka
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Akhlak yang kedua adalah menyantuni orang yang pernah menolak memberimu atau memberi terhadap orang yang kikir.
Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.”
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Terbaru 2021: Keajaiban Sedekah di Masa Sulit
Maka jika kita bersedekah, menyantuni, memberi hadiah, atau sekadar berbagi maka bukan saja bernilai pahala akan tetapi secara implisit ada nilai inspiratif dan edukasi bagi orang kikir agar mengubah sikapnya dan berusaha menjadi orang yang sakho atau dermawan.