Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Bahaya Hasad bagi Peradaban Manusia

- 4 November 2021, 09:20 WIB
Berikut materi teks Khutbah Jumat terbaru tentang bahaya hasad bagi peradaban manusia. Bisa dibawakan oleh khatib saat salat jumat.
Berikut materi teks Khutbah Jumat terbaru tentang bahaya hasad bagi peradaban manusia. Bisa dibawakan oleh khatib saat salat jumat. /Pexels

Baca Juga: Khutbah Jumat Bahasa Indonesia Terbaru 2021: Perintah untuk Berbuat Baik kepada Tetangga

Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw.

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ  

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya: "Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar". (HR. Abu Dawud).

Baca Juga: Khutbah Jumat Bahasa Indonesia Terbaru 2021: Puasa Pengikis Mental Korupsi

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: "Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki" (Q.S. Al-Falaq: 5)

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata.
Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata.

Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Padat 2021 tentang Cara Mengisi Bulan Muharram

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:
1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat).  

2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain.

3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Padat 2021 dari Ustaz Yudi Yansyah Tentang Keistimewaan Muharram

4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Tirmizi)

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru Agustus 2021: 5 Cara Syukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia

Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain.

Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut.

Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru Agustus 2021 Spesial HUT RI ke-76: Cinta Tanah Air Bagian dari Iman

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya.
Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar.

Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra: "Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah". (Al-Fawa’id, hal. 157).

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Tiga Amalan yang Tidak Putus

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh.

Hasad pun bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas kenikmatan orang lain.

Bila hasadnya memuncak akan mendoronya untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Tiga Amalan yang Tidak Putus
 
Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian.

Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, "Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya".

Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, "Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka".

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Tiga Amalan yang Tidak Putus

Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat esok hari.

Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama.

Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau.

Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, "Kemarilah engkau mendekat".

Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Tiga Amalan yang Tidak Putus

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya.

Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. "Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku", ucap Raja,

"Niscaya ia akan memberimu hadiah".

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah.

Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, "Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke hadapanku".

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki.

Halaman:

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah