PR BEKASI – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, beberapa waktu lalu sempat mendapatkan beberapa komentar mengenai program baru yang digagasnya, yaitu POP (Program Organisasi Penggerak).
POP merupakan program yang dibuat untuk mendorong hadirnya sekolah penggerak yang melibatkan peran dari berbagai organisasi yang ada di Indonesia.
Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa selama ini terjadi kesalahpahaman mengenai POP yang dianggap sebagai program pelaksanaan yang mengalokasikan dana pemerintah untuk suatu program.
Baca Juga: Demi Dapat Bantuan RP2,4 Juta, Warga Rela Berdesakan Daftar UMKM ke Kantor Desa Tambun Selatan
“Itu salah. Program POP adalah semacam sayembara tentang jurus-jurus berbagai organisasi untuk meningkatkan numerasi dan literasi. Model-model dari berbagai organisasi itu akan dipelajari dan dipetik untuk menjadi program nasional bila berhasil,” ucap Nadiem Makarim, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara
Akibat kesalahpahaman ini, POP sebelumnya menuai kontroversi dan menyebabkan tiga organisasi besar yang sudah lama berkiprah di dunia pendidikan Indonesia menyatakan keluar dari program tersebut.
Pihak yang menyatakan keluar di yakni Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Pengurus Pusat Muhammadiyah, dan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI).
Akhirnya setelah berdiskusi lebih lanjut mengenai penjelasan POP, PBNU bersedia untuk kembali bergabung dan Nadiem Makarim mengharapkan organisasi lainnya juga bisa menyusul.
Baca Juga: New York Fashion Week Tetap Digelar Meski di Tengah Pandemi COVID-19