Pelajaran Sejarah Tak Wajib untuk SMA, Fadli Zon: Jika Begitu, Indonesia Akan Bubar!

- 18 September 2020, 20:41 WIB
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon.
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon. /Instagram/@fadlizon

 

PR BEKASI – Anggota Komisi satu DPR RI, Fadli Zon memberikan komentar terkait pelajaran sejarah bakal dijadikan sebagai pelajaran yang tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat.

Lewat unggahan di akun Twitter miliknya, politisi Partai Gerindra tersebut mengatakan kebijakan itu akan membuat generasi muda Indonesia terancam identitas dan jati dirinya sehingga bukan tidak mungkin di masa mendatang Indonesia akan bubar.

“Kalau mata pelajaran sejarah dihilangkan, maka sebentar lagi manusia Indonesia akan kehilangan identitas, jati diri, dan memori kolektifnya. Setelah itu ya Indonesia akan bubar,” katanya Fadli Zon dalam akun Twitter pribadinya @fadlizon.

Baca Juga: Akhir Pekan Ini Persib Gelar Dua Laga Uji Coba Melawan Tim Liga 3, Dua Pemain Terpaksa Absen

Selain itu, dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, rencana penyederhanaan kurikulum itu akan diterapkan Maret 2021.

Disebutkan bahwa Mata pelajaran sejarah akan digabungkan dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) untuk kelas sepuluh.

Sedangkan di kelas sebelas dan 12, mata pelajaran sejarah hanya sebagai mata pelajaran peminatan yang sifatnya tidak wajib.

Baca Juga: Gelar Razia Operasi Yustisi, Masyarakat Luar Tidak Diperbolehkan Berkunjung ke Bandung

Padahal, pada kurikulum 2013 yang sekarang digunakan, Sejarah merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa SMA dan terpisah dari mata pelajaran lainnya.

Mata pelajaran sejarah bisa dipelajari siswa kelompok peminatan IPA, IPS, bahasa dan vokasi. Namun, tidak bersifat wajib.

Siswa kelompok peminatan IPS akan diberi pilihan lima mata pelajaran tambahan, yakni Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi dan Antropologi. Siswa hanya akan diminta memilih 3 dari 5 mata pelajaran tersebut.

Baca Juga: Berharap Tak Mudah Dikenali, 200 Lebih Narapidana Ini Melarikan Diri dari Penjara dengan Telanjang

Dengan kata lain, siswa diperkenankan untuk tidak memilih mata pelajaran sejarah untuk dipelajari. Misal, siswa boleh memilih geografi, sosiologi, dan ekonomi.

Di kelompok siswa peminatan IPA, sejarah juga tidak termasuk mata pelajaran wajib, siswa bisa memilih untuk mempelajari atau tidak mempelajari sejarah.

Siswa kelompok peminatan IPA diberi pilihan tujuh mata pelajaran tambahan, yaitu Biologi, Fisika, Kimia, Informatika Lanjutan, Ilmu Kesehatan, Matematika Lanjutan, dan Matematika Terapan.

Baca Juga: Urai Kepadatan dan Cegah Penyebaran Covid-19, Kota Bandung Kembali Berlakukan Buka Tutup Jalan

Kelompok siswa peminatan IPA harus mengambil salah satu mata pelajaran pilihan yang ada di kelompok IPS, Sejarah bisa dipilih tetapi tidak wajib. Selain itu, ada juga pilihan mata pelajaran IPS lainnya yang bisa dipilih siswa.

Dengan kata lain, siswa kelompok IPA bisa mengambil dua mata pelajaran IPA plus satu mata pelajaran IPS. Siswa juga bisa mengambil satu mata pelajaran IPA plus dua mata pelajaran IPS.

Di kelompok siswa peminatan bahasa dan vokasi, kelompok siswa peminatan bahasa diberi pilihan tiga mata pelajaran tambahan, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, dan Bahasa dan Sastra Asing.

Baca Juga: Temui Keganjilan atas Kedatangan TKA Tiongkok di Aceh, Bupati Desak Kemnaker Tunda Penerbitan RPTKA

Kemudian untuk pendidikan kecakapan hidup dan vokasi terdapat tiga mata pelajaran, yakni Pengalaman Dunia Kerja, Mata Pelajaran Vokasional, dan Kewirausahaan.

Kelompok siswa peminatan bahasa dan vokasi harus memilih satu pelajaran IPA dan satu pelajaran IPS.***

 

Editor: Puji Fauziah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x