Baca Juga: Pemerintah Arab Saudi Mengaku Siap Untuk Adakan Ujian Tatap Muka Bagi Siswa Sekolah Dasar
“Yang pasti di era disrupsi adalah bahwa persaingan bidang-bidang profesional makin tidak linier,” tutur Robikin Emhas.
Menurut Robikin, di antara dampak internet adalah munculnya kajian pengetahuan atau agama di media sosial hingga pendidik yang bisa menjadi inspirator.
“Pelajaran-pelajaran keagamaan mengenai akhlak, empati, dan ajaran-ajaran pokok lainnya mungkin mudah diperoleh lewat potongan-potongan ceramah keagamaan yang ada di media sosial. Namun tidak dengan keteladanan,” katanya.
Terkait kepakaran dalam bidang agama, Robkin menyatakan kaum Nahdlatul Ulama justru telah menjaga hal tersebut.
“Di kalangan NU, menjaga sanad merupakan metodologi penting untuk memastikan prinsip-prinsip keislaman yang kita pelajari dan praktikkan benar-benar tersambung dan sesuai dengan yang diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” tutur Robikin Emhas.
Contoh praktik menjaga kepakaran agama dalam NU adalah Bahtsul Masail yang bisa menjadi regenerasi ulama di NU, ada pula tabarrukan yang anti digitalisasi.
“Islam selalu menekankan pentingnya pembimbing dalam mendalami ilmu agama. Mengamalkan ilmu agama tanpa rujukan yang benar bisa mengantarkan kita pada kesesatan,” kata Robikin.
Robikin menganggap meski kita bisa mendapat pengetahuan dari internet, kita tetap membutuhkan pembimbing dan guru secara langsung.