Flare Besar Kembali Terjadi, Ilmuwan NASA Sebut Jadi Awal Baru Siklus Kehidupan Matahari

- 1 Juni 2020, 19:51 WIB
SOLAR Dynamics Observatory NASA dikabarkan melihat semburan matahari terbesar sejak 2017.*
SOLAR Dynamics Observatory NASA dikabarkan melihat semburan matahari terbesar sejak 2017.* /NASA/

PIKIRAN RAKYAT - Solar Dynamics Observatory NASA dikabarkan baru-baru ini melihat semburan api atau flare Matahari terbesar yang mana terakhir kali terlihat pada tahun 2017.

Secara berkala, matahari akan bersinar lebih terang dalam suatu peristiwa yang disebut semburan matahari (flare) dan sering disertai dengan semburan plasma besar yang keluar dari permukaan matahari yang disebut ejeksi massa koronal.

Dilansir Digital Trends oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, Senin 1 Juni 2020, semburan ini dikaitkan dengan peningkatan aktivitas bintik matahari (rona), di mana bintik-bintik gelap muncul di permukaan matahari.

Baca Juga: Dinilai Manjur, Sinopharm Targetkan Produksi 200 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari Tiongkok 

Meski semburan matahari berpotensi merusak komunikasi satelit dan jaringan listrik yang ada di Bumi, NASA mengatakan bahwa tidak perlu khawatir dengan kobaran api baru-baru ini.

Hal tersebut disebabkan bahwa belum melewati ambang batas yang ditetapkan oleh Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa pemerintah Amerika Serikat (AS) yang membutuhkan peringatan.

Semburan tersebut dinilai menarik karena menunjukkan bahwa matahari mungkin sedang memasuki fase baru dari siklusnya.

Aktivitas matahari disebutkan bervariasi selama siklus 11 tahun, di mana jumlah bintik matahari dan jumlah aktivitas semburan matahari berubah.

Baca Juga: Perjalanan Panjang Lambang Garuda, Hasil Otak-atik Soekarno dan Sultan Hamid II 

Matahari diperkirakan saat ini berada dalam periode aktivitas minimal (minimum matahari) dan kemunculan semburan matahari besar ini dapat mengindikasikan bahwa minimum matahari akan segera berakhir.

Tentunya hal itu akan menandai akhir dari siklus matahari saat ini, yang mana disebut Solar Cycle 24 dan awal Solar Cycle 25.

Demi mengetahui jumlah minimum matahari benar-benar mendekati, para ilmuwan dikabarkan perlu terus memantau jumlah bintik matahari yang muncul di permukaan matahari.

Tetapi hal ini akan memakan waktu, seperti yang dijelaskan NASA dalam sebuah unggahan "Diperlukan setidaknya enam bulan pengamatan matahari dan perhitungan bintik matahari setelah minimal untuk mengetahui kapan itu terjadi."

Baca Juga: Mengenal Antifa, Kelompok yang Dilabeli Teroris oleh Donald Trump Sebagai Dalang Kerusuhan di AS 

Karena jumlah minimum itu ditentukan oleh jumlah bintik matahari terendah dalam satu siklus, maka para ilmuwan dinilai perlu melihat angka tersebut secara konsisten, sebelum mereka pada akhirnya dapat menentukan kapan tepatnya berada di bagian bawah.

"Itu berarti solar minimum adalah contoh yang hanya dapat dikenali di belakang, butuh waktu enam hingga 12 bulan setelah fakta untuk mengonfirmasi kapan minimum sebenarnya telah berlalu," ucap NASA.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Digital Trends


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x