Kecanduan Media Sosial, Peneliti Sebut Remaja Perempuan Cenderung Tidak Bahagia

- 16 Oktober 2020, 18:19 WIB
Ilustrasi remaja perempuan yang tidak bahagia akibat kecanduan medsos.
Ilustrasi remaja perempuan yang tidak bahagia akibat kecanduan medsos. /NY Post/

PR BEKASI – Generasi milenial adalah generasi yang dekat dengan teknologi. Kecanggihan teknologi meliputi jaringan internet dan adanya media sosial.

Interaksi generasi milenial dengan teknologi juga sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pesan makanan, komunikasi dengan teman, belajar, mencari kerja, sampai cari jodoh semua dilakukan dengan digital melalui teknologi.

Kecanggihan teknologi disebut dapat memudahkan kebutuhan hidup kita. Apapun yang kita inginkan dan perlukan, kita hanya cukup mengakses internet.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Patuhi Protokol Kesehatan dan Vaksinasi Termasuk Ikhtiar Ibadah

Akan tetapi, rupanya kecanggihan teknologi rupanya tidak selalu membawa kebaikan. Media sosial rupanya berdampak buruk pada psikis yakni ketidakbahagiaan bagi sebagian orang.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari New York Post, Jumat, 16 Oktober 2020, sebuah studi diterbitkan dalam jurnal Lancet's EClinicalMedicine yang meneliti hubungan antara depresi pada remaja dan penggunaan media sosial.

Studi tersebut meneliti lebih dari 11.000 remaja usia 14 tahun di Inggris. Hasilnya, mereka menemukan bahwa remaja perempuan yang mengalami depresi cenderung lebih sering menggunakan media sosial daripada remaja laki-laki.

Baca Juga: Tragis, Lelaki Penyembah Donald Trump Ini Meninggal Usai Ketahui 'Tuhannya' Terinfeksi Covid-19

Menurut data tersebut, hampir 40 persen remaja perempuan menghabiskan lebih dari lima jam sehari di media sosial seperti Facebook, Snapchat, dan WhatsApp. Para perempuan dinilai lebih banyak menunjukkan tanda-tanda depresi, dibandingkan dengan 14.5 persen remaja laki-laki yang menggunakan medsos.

Terlepas dari lamanya waktu, remaja perempuan secara konsisten dua kali lebih mungkin mengalami depresi sehubungan dengan penggunaan media sosial mereka.

Selain itu, remaja perempuan menggunakan media sosial dengan tingkat yang lebih tinggi. Dua dari lima orang remaja perempuan menghabiskan tiga jam atau lebih sehari di media sosial dibandingkan dengan satu dari lima orang remaja laki-laki.

Baca Juga: Antisipasi Kelompok 'Numpang' Demo, Polisi Sebut Aksi Unjuk Rasa Hari Ini Berlangsung Tertib

Remaja perempuan juga dua kali lebih mungkin menderita masalah tidur, yang menurut para peneliti antara lain dapat disebabkan oleh begadang di media sosial dan dibangunkan oleh alarm.

Untuk infotmasi, pola tidur yang buruk telah lama dikaitkan dengan gejala depresi.

Para peneliti menyadari bahwa banyak remaja perempuan cenderung membenci tubuh mereka dan kurang percaya diri akibat mengkonsumsi media sosial berlebih.

Baca Juga: Kabar Baik, Hasil Studi Terbaru Sebut Orang dengan Golongan Darah O Lebih Kebal terhadap Covid-19

Sebanyak 60 persen perempuan yang mengalami depresi tidak senang dengan penampilan mereka. Selain itu, dua kali lipat lebih tidak puas dengan berat badan dibandingkan laki-laki.

Para peneliti menyebut bahwa media sosial Instagram berperanan besar terhadap konsep kecantikan sehingga standar kecantikan dipercayai harus sesuai kriteria seperti selebgram.

Walaupun demikian, pejabat Inggris memperingatkan orang tua agar memantau anak-anak mereka supaya tidak terlalu banyak menggunakan media sosial.

Baca Juga: Prokes Jadi Hal Utama, Bamsoet: Sanksi Tegas Pihak yang Melakukan Pelanggaran Selama Tahapan Pilkada

"Kemungkinan penggunaan media sosial yang berlebihan memang menyebabkan kepercayaan diri dan kesehatan mental yang lebih buruk," kata Stephen Scott, direktur National Academy for Parenting Research di King's College London.

Cyberbullying juga dapat menyebabkan harga diri yang buruk. Sekali lagi, anak perempuan yang menunjukkan tanda-tanda depresi juga dua kali lebih mungkin menjadi korban pelecehan daring.

"Temuan ini sangat relevan dengan pengembangan kebijakan saat ini tentang pedoman untuk penggunaan yang aman media sosial, dan menyerukan kepada industri agar lebih ketat mengatur jam penggunaan media sosial bagi kaum muda." kata ketua peneliti Yvonne Kelly, profesor di University College London's Institute dari Epidemiologi & Perawatan Kesehatan, yang ikut memimpin penelitian.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x