Cek Fakta: Penerima Pertama Vaksin Covid-19 China Sinovac Dikabarkan Meninggal Dunia, Ini Faktanya

6 Januari 2021, 11:20 WIB
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 Sinovac. /The Wall Street Journal

PR BEKASI - Beredar narasi di media sosial yang mengklaim bahwa penerima pertama vaksin Covid-19 asal China yakni Sinovac dinyatakan meninggal dunia.

Namun setelah dilakukan penelusuran fakta yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Kominfo, Rabu, 6 Januari 2021, narasi yang mengklaim penerima pertama vaksin Covid-19 China Sinovac dinyatakan meninggal dunia adalah klaim yang keliru atau hoaks.

Narasi tersebut beredar di media sosial Facebook dan diunggal oleh pemilik akun Facebook Rizkiiskandar pada Selasa, 5 Januari 2021, dengan narasi sebagai berikut:

Baca Juga: Ingatkan Risma Soal Masalah Kemiskinan, Mardani Ali Sera: Mensos Perlu 'Blusukan' di Perapian Data 

"Penerima perdana suntikan vaksin covid 19 sinovac cina,meninggal dunia.

Pekerja kesehatan dan sukarelawan Fabiana Souza menerima vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh perusahaan China Sinovac Biotech di Rumah Sakit Sao Lucas, di Porto Alegre, Brazil selatan,meninggal dunia."

Faktanya, OPOSITEID.WORDPRESS.COM telah menambahkan kata "meninggal dunia" dalam artikelnya.

Sementara hingga saat ini, kasus penyuntikan vaksin Covid-19 yang diketahui telah menelan korban jiwa terjadi di Swiss dan Israel pada 31 Desember 2020 dan dijelaskan bahwa korbannya merupakan penerima vaksin Pfizer pertama meninggal dunia.

Baca Juga: Ada Lowongan bagi 1 Juta Guru PPPK Tahun Ini, Ini Kelebihan dan Kekurangan Skema PPPK Dibanding PNS 

Seorang warga Swiss yang termasuk orang pertama di negara itu mendapat vaksin virus corona baru meninggal. Di Israel, dua orang meninggal hanya beberapa jam setelah menerima vaksin Covid-19.

Hanya, ia tidak mengungkapkan secara detail, termasuk waktu antara orang tersebut menerima suntikan dan saat kematiannya terjadi.

Lucerne adalah lokasi vaksinasi pertama di Swiss yang bergulir mulai minggu lalu, dengan vaksin virus corona buatan Pfizer dan BioNTech, diberikan terutama kepada orang tua.

Swiss telah menerima 107.000 dosis vaksin sejauh ini dan berharap mendapatkan 250.000 dosis per bulan mulai tahun depan.

Baca Juga: Kaitkan Pembubaran FPI dengan Duel Ahok vs Anies, Refly Harun: Di 2024 Mungkin Akan Tetap Menunjang 

Swissmedic tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar. Sedang e-mail dan panggilan telepon dari Reuters ke Pfizer tidak segera dibalas.

Vaksin Pfizer dan BioNTech sejauh ini merupakan satu-satunya vaksin yang mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat di Swiss.

Untuk vaksin Sinovac di Indonesia, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengingatkan vaksin Covid-19 Sinovac yang sudah didistribusikan ke sejumlah daerah belum boleh disuntikkan. Sebab, masih belum mengantongi izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).

"EUA masih berproses, tapi vaksin sudah diberikan izin khusus untuk didistribusikan karena membutuhkan waktu untuk sampai ke seluruh daerah target di Indonesia," kata Penny Lukito.

Baca Juga: Jokowi Teken PP 76 Tahun 2020, Mahasiswa, Pelajar, dan Masyarakat Kini Bisa Bikin SIM Gratis 

Ia mengatakan, proses penyuntikan vaksin Covid-19 hanya boleh dilakukan jika sudah mendapatkan EUA.

Vaksin Covid-19 Sinovac yang sudah disebar ke 34 provinsi di Indonesia tersebut juga ternyata masih dalam proses verifikasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),

"Kehalalan, kemanfaatan, dan kemujaraban itu kan sedang diteliti LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika) MUI dan BPOM tentang khasiat dan kemujaraban serta keamanan vaksin tersebut. Paralel dengan itu juga, MUI sedang meneliti kehalalannya," kata Ketua MUI bidang Infokom KH Masduki Baidlowi.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler