Cek Fakta: Ahli Virologi Tiongkok yang Kabur ke Amerika Sebut Covid-19 Adalah Buatan Laboratorium

5 Oktober 2020, 09:47 WIB
Pada April 2020, Li-Meng Yan melarikan diri ke Amerika Serikat. /South China Morning Post

PR BEKASI - Beredar kabar di berbagai media sosial yang menyebutkan bahwa ahli virologi Tiongkok Li-Meng Yan yang menyebut virus corona merupakan buatan laboratorium bukan berasal dari hewan.

Informasi ini disebarkan melalui laporan Yan oleh sebuah artikel yang diunggah ke Zenodo, sebuah situs akses terbuka untuk berbagi makalah penelitian pada Senin, 14 September 2020.

Namun berdasarkan hasil pemeriksaan fakta yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari berbagai sumber, klaim bahwa ahli virologi Tiongkok Li-Meng Yan sebut virus corona merupakan buatan laboratorium bukan berasal dari hewan adalah klaim yang salah atau hoaks.

Baca Juga: Tuai Kecaman, Rihanna Pakai Hadis Rasulullah yang Dijadikan Lagu Remix Saat Peragaan Pakaian Dalam

Dalam laporan Yan terdapat kutipan narasi sebagai berikut:

"SARS-CoV-2 sangat buruk dalam menginfeksi hewan lain khususnya kelelawar, oleh karena itu tidak mungkin berasal dari mereka.

Penularan dari kelelawar ke manusia biasa saja terjadi tapi itu untuk beberapa dekade yang lalu untuk saat ini tidak mungkin virus itu menular ke manusia.

Bukti genetik menunjukkan bahwa virus corona SARS-CoV-2 dibuat di laboratorium, bukan muncul secara alami dari hewan."

Baca Juga: Peneliti Sebut Salah Satu Senyawa yang Dikandung Ganja Mampu Mengobati Covid-19

Makalah setebal 26 halaman yang ditulis oleh ahli virologi tiongkok Li-Meng Yan, seorang peneliti postdoctoral yang meninggalkan Universitas Hong Kong, ternyata belum menjalani tinjauan lebih lanjut.

Ahli virologi terkemuka, seperti Kristian Andersen dari Scripps Research dan Carl Bergstorm dari University of Washington, menyebut makalah buatan Yan tidak ilmiah.

Laporan tersebut mengabaikan banyak literatur yang telah diterbitkan mengenai apa yang diketahui tentang bagaimana virus corona beredar di populasi hewan liar, kecenderungannya untuk menyebar ke manusia dan asal-usul SARS-CoV-2.

Para ahli juga menunjukkan bahwa laporan tersebut merupakan teori konspirasi yang sangat liar dan secara keliru berada di luar jalur jurnal akademis.

Baca Juga: Info bagi Para Pengguna Tol, Terdapat Pekerjaaan Pemeliharaan di Tol Jagorawi, Simak Rinciannya

David Robertson, seorang peneliti genomik virus di Universitas Glasgow, menulis makalah ilmiah yang telah ditinjau oleh Nature Medicine, telah diketahui bahwa garis keturunan di balik SARS-CoV-2 dan nenek moyang terdekatnya, virus yang disebut RaTG13 memang telah ada dan beredar di kelelawar selama beberapa dekade.

Ahli virologi menyatakan, kerabat yang 96 persen identik dengan novel coronavirus, disebarkan dan berevolusi pada kelelawar atau inang manusia tanpa diketahui selama 20 tahun sebelum menyesuaikan dan menjadi Covid-19 yang menyebabkan pandemi ini.

Terlebih lagi, laporan Yan didanai oleh Rule of Law Society, sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh mantan kepala ahli strategi Gedung Putih Steve Bannon, yang telah ditangkap karena kasus penipuan.

Itulah salah satu alasan mengapa banyak ahli virologi mempertanyakan kebenaran klaimnya.

Baca Juga: Tuai Kecaman, Rihanna Pakai Hadis Rasulullah yang Dijadikan Lagu Remix Saat Peragaan Pakaian Dalam

"Ini sungguh melanggar pseudosains, makalah ini hanya mengambil beberapa contoh tanpa menghadirkan bukti yang kuat dan membuat skenario-skenario bodoh," ucap Robertson.

Untuk diketahui, pada April 2020, Li-Meng Yan melarikan diri ke Amerika Serikat. Yan mengklaim bahwa nyawanya terancam karena mengetahui rahasia yang mengungkapkan virus tersebut merupakan hasil buatan laboratorium.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler