Perlu diketahui, hingga saat ini beberapa pengamat juga telah mengemukakan pendapat mereka terkait kronologi jatuhnya Sriwijaya Air.
Baca Juga: Sulteng Jadi Daerah dengan Aktivitas Gempa Paling Banyak Selama Januari 2021, Ini Sebabnya
Namun tidak ada satu pun yang menyebut bahwa pesawat tersebut meledak di udara sebelum jatuh ke laut.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup sebelum akhirnya pesawat terjun ke laut. Dugaan itu dikemukakan berdasar fakta pesawat tercatat berada pada ketinggian 250 kaki sebelum hilang kontak.
Hal itu terekam dalam data radar (ADS-B) dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia).
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," kata Soerjanto
Baca Juga: Sindir Pihak yang Bandingkan Kepemimpinan SBY dan Jokowi, Ruhut: Komentarnya Ngawur
Berdasar data itu, lanjut Soerjanto, Sriwijaya Air take off pada pukul 14.36 WIB. Pesawat kemudian terbang ke arah barat laut dan mencapai ketinggian 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB.
Namun, pesawat menurun dan data terakhir menunjukkan pesawat berada di ketinggian 250 kaki hingga akhirnya tak terpantau radar. Soerjanto juga menduga pesawat tidak meledak sebelum terjun ke laut.
Hal ini didasarkan pada adanya sebaran puing-puing pesawat dengan besaran lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter yang didapat dari KRI Rigel.