Faktanya, bom yang meledak di Surabaya pada 2018 dan Gereja Katedral Makassar pada 2021 dipastikan adalah bom bunuh diri.
Polisi telah mengidentifikasi bahwa peledak yang dibawa pelaku bom di Surabaya berbentuk ikat pinggang, bukan paket barang.
Contohnya, saat pelaku meledakkan diri di area parkir GKI Diponegoro pada 13 Mei 2018.
Baca Juga: Berhasil Amankan Sebanyak 60 Terduga Teroris, Kapolri: Pengembangan Terus Dilakukan
Saat itu polisi menemukan satu bom aktif yang masih menempel di paha salah seorang anak. Tim penjinak bahan peledak (jihandak) langsung melepaskan bom tersebut dari paha anak pelaku yang tewas.
Sementara itu, itu Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar adalah jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang terlibat dalam serangan di Filipina beberapa waktu lalu.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar berinisial L.
"Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan," Kapolri Listyo Sigit Prabowo , Minggu, 28 Maret 2021.
Kapolri menuturkan, pelaku merupakan bagian dari jaringan yang juga melakukan penyerangan gereja di Jolo, Filipina pada 2018 lalu.