PR BEKASI – Beredar kabar di media sosial yang menyebutkan bahwa ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dikendalikan dari jarak jauh sama persis dengan peristiwa bom di Surabaya.
Narasi tersebut beredar di Facebook yang dibagikan oleh akun bernama Abdul Fani pada 30 Maret 2021.
Namun setelah dilakukan penelusuran fakta yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Turn Back Hoax Mafindo, Minggu, 4 April 2021, klaim bahwa ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dikendalikan dari jarak jauh sama persis dengan peristiwa bom di Surabaya adalah klaim keliru atau hoaks.
Adapun narasi yang beredar itu sebagai berikut:
Baca Juga: Arsenal Gigit Jari Dipecundangi Liverpool di Emirates Stadium, Mikel Arteta: Saat Ini Saya Syok!
"Sandiwara rezim PKI dengan mengorbankan orang Islam persis yang terjadi di Surabaya Tempo dulu. Korban disuruh antar barang di gereja sebelum masuk gereja BOM diledakkan lewat remot kendali jarak jauh.
"PKI ingin memframing pada publik bahwa Islam teroris. Hati-hati jika ada seseorang yang menyuruh kita minta kirimkan barang ke gereja. Bisa di dalam barangnya terisi bom kendali jarak jauh jadi strategi PKI untuk menghancurkan islam"
Faktanya, bom yang meledak di Surabaya pada 2018 dan Gereja Katedral Makassar pada 2021 dipastikan adalah bom bunuh diri.
Polisi telah mengidentifikasi bahwa peledak yang dibawa pelaku bom di Surabaya berbentuk ikat pinggang, bukan paket barang.
Contohnya, saat pelaku meledakkan diri di area parkir GKI Diponegoro pada 13 Mei 2018.
Baca Juga: Berhasil Amankan Sebanyak 60 Terduga Teroris, Kapolri: Pengembangan Terus Dilakukan
Saat itu polisi menemukan satu bom aktif yang masih menempel di paha salah seorang anak. Tim penjinak bahan peledak (jihandak) langsung melepaskan bom tersebut dari paha anak pelaku yang tewas.
Sementara itu, itu Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar adalah jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang terlibat dalam serangan di Filipina beberapa waktu lalu.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar berinisial L.
"Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan," Kapolri Listyo Sigit Prabowo , Minggu, 28 Maret 2021.
Kapolri menuturkan, pelaku merupakan bagian dari jaringan yang juga melakukan penyerangan gereja di Jolo, Filipina pada 2018 lalu.
Kapolri menjelaskan bahwa jenis bom yang dipakai di adalah jenis bom panci.
"Ledakan yang terjadi suicide boom dengan menggunakan jenis bom panci," kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Ledakan asal bom panci itu bersifat high explosive. Akibatnya, membuat tubuh pelaku tercerai berai di lokasi kejadian.
Dengan demikian, klaim bahwa ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dikendalikan dari jarak jauh sama persis dengan peristiwa bom di Surabaya adalah hoaks dan termasuk kategori konten yang menyesatkan.***