Pemerintah Indonesia harus belajar dari Malaysia mengenai hal ini. Setelah dihadapkan pada pilihan untuk menegoisasikan ulang atau membayar biaya penghentian proyek sekitar US$ 5,3 miliar, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memutuskan untuk bernegoisasi dengan Beijing.
Pada akhirnya, Malaysia sukses membuat perjanjian ulang dengan total nilai biaya proyek yang dikurangi.
Baca Juga: Anda Sering Bawa Ponsel ke Kamar Mandi? Waspadai Bahaya Wasir yang Bisa Berdampak Serius
Walau Malaysia masih perlu mengambil pinjaman dari bank Tiongkok untuk mendanai proyek tersebut, tapi jumlahnya berkurang dari kesepakatan awal.
Pemerintah harus menyadari bahwa Tiongkok sesungguhnya lebih membutuhkan Indonesia daripada sebaliknya. Hal ini karena Indonesia memegang posisi kunci yang sangat strategis dalam implementasi BRI.
Proyek ambisius milik Tiongkok tersebut harus melewati wilayah maritim Indonesia dan Tiongkok tidak dapat merampungkan proyek tersebut tanpa melibatkan Indonesia.***
Editor: M Bayu Pratama
Sumber: The Conversation