Literasi Keuangan Menjadi Kunci Pengaturan Finansial di Masa Depan

- 19 Februari 2020, 20:32 WIB
Mengatur keuangan bagi sebagian remaja tentu dirasa menyulitkan. Tapi di satu sisi Sobat Belia tidak boleh selalu minta jatah dari orangtua.
Mengatur keuangan bagi sebagian remaja tentu dirasa menyulitkan. Tapi di satu sisi Sobat Belia tidak boleh selalu minta jatah dari orangtua. /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Pendidikan literasi keuangan penting bukan hanya untuk milenial, tetapi juga bagi para senior. Literasi keuangan dalam pandangan Kepala Biro (Karo) Sumber Daya Manusial, Organisasi, dan Tata Laksana (SDM Ortala), Ratih Mayangsari adalah pengetahuan unntuk mengelola keuangan.

Dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari situs resmi Sekretariat Kabinet (Setkab) menurutnya para pegawai akan mendapatkan kesejahteraan bukan hanya di masa sekarang ini, tetapi ke depan saat sudah selesai tugas.

Hal itu dikatakan dalam acara seminar Financial Literacy, Keuangan di Era Jajan Masa Kini di Aula Serbaguna, Gedung III Lantai I, Kementerian Seketariat Negara (Kemensetneg) Jakarta Rabu, 19 Februari 2020.

Baca Juga: 4 Manfaat Konsumsi Teh Tawar, Tanpa Gula pun Tetap Nikmat

”Nanti kita supaya sejahtera ini kita bisa mengelola, bisa memanage keuangan yang kita dapatkan pada saat ini untuk nanti pada saat masa depan kita nanti ke depan,” katanya.

Ratih melanjutkan para pegawai diharapkan mampu mengelola keuangan dengan menyisihkan pendapatan di usia produktif untuk nanti digunakan saat usia nonproduktif.

Sementara itu Ia juga menyampaikan bahwa pesan dan nasehat dari orang tua dahulu bahwa dalam mengelola keuangan itu tentu harus memprioritaskan kebutuhan bukan keinginan.

Baca Juga: Bantah Adanya Virus Corona, WHO: Tak Satu Pun Masuki Korea Utara

”Nah, kita sering terjebak dalam mengelola keuangan itu, keinginan yang kita dahulu kan, padahal sebenarnya kan kebutuhan. Nah, ini yang sering menjebak kita, akhirnya kita terjerumus dalam masalah keuangan,” tambahnya.

Pada praktiknya, lanjut Ratih, masalah indisipliner pegawai salah satunya bersumber dari masalah keuangan sehingga menghambat produktivitas dalam bekerja.

”Menurut penelitian itu bahkan ada 46 persen pegawai atau karyawan yang dia tidak produktif karena disebabkan oleh adanya permasalahan keuangan di dirinya,” terangnya.

Baca Juga: Virus Corona Tewaskan Direktur Rumah Sakit yang Rawat Ribuan Pasien, Petugas Medis Akui Tak Bisa Terima Kenyataan

Jika diklasifikasikan berdasarkan generasi, Ratih mengatakan untuk generasi yang Baby Boomers kelahiran tahun 60-an sampai 70-an, yang mempunyai permasalahan keuangan itu hanya sebesar 20 persen.

”Tapi yang Gen X, yang lahir di tahun 70 sampai 80-an itu ternyata cukup besar nilainya, sekitar 45 persen-an kalau tidak salah, dan Gen Y yang kebanyakan sekarang di generasi milenial, yang Gen Y itu permasalahan keuangan nya juga cukup besar daripada Baby Boomers, sebesar 35 persen-an sekitar itu. Jadi, kalau ditotal ya semua 100 persen,” jelasnya.

Belum lagi menurutnya berbagai masalah seperti investasi maupun penawaran deposito yang menawarkan berbagai macam iming-iming dan sering kali tidak make sense kalau benar-benar bijak memilih investasi apa yang akan diambil.

Baca Juga: KBRI Singapura: WNI Positif Virus Corona Sudah Dinyatakan Pulih

”Kami di Setkab ini tidak ingin para pegawai di Setkab itu mempunyai literasi keuangan yang rendah seperti di masyarakat, seperti itu. Bahkan di Indonesia ini kalau enggak salah literasi keuangan masyarakatnya itu masih di bawah 50 persen,” jelasnya.

Hal itulah yang membuat Karo SDM dan Ortala menyelenggarakan seminar yaitu agar semua nanti akan melek dengan literasi finansial dan meningkatkan produktivitas kinerja.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: setkab


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x