Kerugian Pertamina Dipersoalkan Banyak Pihak, DPR: Ini Karena Pernyataan Ahok yang Meremehkan

- 1 September 2020, 11:46 WIB
Ilustrasi perekonomian di Pertamina.
Ilustrasi perekonomian di Pertamina. /Pertamina

PR BEKASI – Kerugian Pertamina yang mencapai Rp11 triliun mendapat sorotan di tengah harga minyak dunia yang relatif turun dan masuknya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) yang digadang-gadang dapat memperbaiki perusahaan.

Komis VII DPR RI pun melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati untuk membahas mengenai kerugian besar yang dialami Pertamina.

Direktur Keuangan PT Pertamina, Emma Sri Martini, menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian ini, salah satunya adalah karena turunnya jumlah penjualan BBM.

Baca Juga: Informasi Harga Pangan Pasar di Jakarta, Selasa, 01 September 2020

“Pandemi COVID-19 sangat signifikan sekali terhadap penurunan permintaan ini, menyebabkan pendapatan kita sangat terdampak. Kita lihat di kuartal II bulan April ini adalah posisi terdalam,” ucap Emma sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Turunnya permintaan BBM memberikan dampak pada inventarisasi atau bahan bakar yang tersimpan di kilang.

“Avtur kita stoknya bisa sampai 400 hari, solar juga, semua terdampak dan itu memakan menjadi inventory cost, sementara revenue tidak ada,” ucap Emma.

Faktor lainnya adalah dampak dari selisih kurs dolar dan rupiah. Selisih dolar menjadi tekanan finansial karena sebagian besar pendapatan Pertamina adalah dalam rupiah (IDR) namun pembelian minyak mentah dalam dolar (USD).

Baca Juga: Berpotensi Langgar HAM dan Kerusakan Lingkungan, Pembahasan RUU Cipta Kerja Dinilai Tergesa-Gesa,

Namun penjelasan dari Pertamina dimentahkan oleh anggota DPR RI Komisi VII yakni Rofiq Hananto.

“Kenapa masyarakat bereaksi keras kerugian Pertamina, karena bapak Komut (Ahok) sebut Pertamina untung walau tidur, penurunan minyak dunia tidak harga BBM turun, rugi di sisi mana sih, libatkan saja BPK dalam penanganan hutang Rp11 triliun,” ucap Rofiq Hananto, anggota Komisi VII DPR RI.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan siap jika BPK dilibatkan untuk mendalami kerugian Pertamina. Hal ini bertujuan agar Pertamina dapat meningkatkan kualitas layanannya.

Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik di Bekasi Hari Ini, Selasa, 1 September 2020

Dalam menghadapi semester II tahun 2020, Pertamina akan melakukan sejumlah langkah strategis, di antaranya efisiensi capex dan opex sebesar 4,7 miliar dolar AS atau setara Rp70 triliun.

Pertamina juga berupaya menjaga produksi minyak dan gas guna menekan impor dan melakukan negoisasi kontrak dengan mata uang asing untuk dibayar menggunakan Rupiah.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x