Tegang Saat Melawak karena Hanya Berhadapan dengan Soeharto, Miing: Tiga Kali Saya ke Dokter Jantung

- 9 Januari 2021, 15:49 WIB
Mantan anggota DPR RI, Dedi Gumelar mennceritakan kisahnya saat melawak di depan Presiden Soeharto.
Mantan anggota DPR RI, Dedi Gumelar mennceritakan kisahnya saat melawak di depan Presiden Soeharto. /Instagram @miing_bagito

PR BEKASI - Pelawak Dedi Gumelar menceritakan masa lalunya ketika harus melawak di hadapan mantan Presiden Soeharto.

Dedi Gumelar atau akrab disapa Miing mengungkapkan bahwa enaknya melawak saat zaman Soeharto adalah ketika memberikan kritik maka hanya berhadapan dengan aparatur negara.

"Gini enaknya dulu, Bagito selalu berhubungan negara, bahkan siaran radio kami itu pun selalu kami setorkan ke Kodam, diminta oleh Kapendam," kata Dedi Gumelar, sebagaimana dikutip PikiranRakyat.Bekasi.com dari kanal Youtube e-Talk Show pada Sabtu, 9 Januari 2021.

Pria yang akrab disapa Miing tersebut mengatakan enaknya saat itu adalah ketika berbicara satir, kritis, atau memberikan kritik ke pemerintah maka mereka hanya berhadapan dengan rezim kekuasaan yang dinamakan aparatur.

Baca Juga: Mahfud MD Beberkan 5 Nama Calon Kapolri, Ruhut Sitompul: Sabar, Jangan Ada yang Mendahului 

Akan tetapi sekarang selain dengan aparatur, mereka juga harus berhadapan dengan netizen dan masyarakat.

"Ini lebih berat sekarang. Ya memang karena tidak ada media sosial, kalau mau nyamperin kita bisa aja bawa golok kan bisa," ujarnya.

Miing menceritakan bahwa grup lawaknya, Bagito, pernah melawak di hadapan almarhum Soeharto saat itu.

"Ini buat para milenial yah, nih dengerin, itu prosesnya saja untuk bisa ada di panggung di depan presiden itu ga gampang," ucap Miing.

Baca Juga: Dikira Warung Makan, Satu Keluarga Ini Ternyata Makan di Rumah Warga, Ini yang Akhirnya Terjadi 

Dia mencatat saat itu adalah ulang tahun Hari Ibu, Bagito diminta oleh panitianya yaitu istri dari Menteri Dalam Negeri, Yogie Suardi Memet dan istri dari Gubernur DKI Jakarta, Suryadi Soedirja.

Miing mengingat saat itu tahun 1996, Bagito diminta datang ke kediaman gubernur di Suropati dan disuruh menyiapkan materi hingga diberi setumpuk buku PKK.

Dia mengakui kalau waktu itu sempat ditolak oleh Sekretariat Negara, berdasar protokol presiden, karena Bagito dianggap nakal kalau di televisi takut terpeleset ketika di hadapan presiden.

"Tetapi Ibu Tien mengatakan kalau anak-anak itu baik maka diloloskan Bagito untuk tampil. Siapa yang berani sama Ibu Tien waktu itu?" kata Miing.

Baca Juga: Selain Masukkan NIK KTP, Pemilik KIS Bisa Cek Data Penerima BST Rp300 Ribu di dtks.kemensos.go.id 

Akhirnya Bagito jadi tampil hari itu juga.

Dikatakan Miing saat itu dia menjadi orang Betawi dan pakaiannya terbilang simpel dengan peci dan sarung, rekannya Didin memakai dasi, hanya saja rekannya yang lain saat itu yaitu Unang, saat itu berperan sebagai Kardiman orang Jawa, dan memakai keris.

Ketika masuk ke gedung dan diperiksa detektor, Unang dipanggil oleh Paspampres.

"Masuk detektor dipanggil sama Paspampres, itu Unang, sok dikenal padahal Paspampres jarang nonton tv mungkin ya," katanya.

Unang ditanyakan kenapa membawa senjata tajam oleh pihak keamanan.

Baca Juga: WHO Imbau Negara-negara Kaya Agar Tak Serakah Beli Vaksin Covid-19 

""Saudara membawa senjata tajam" lalu Unang menjawab "Bapak gimana? saya kan mau melawak, Pak. Jadi Kardiman orang Jawa pakai keris, kenapa pakai keris kalau pakai silet kekecilan,", "Jangan bergurau, Saudara!" kata Paspampres," ujar Miing menceritakan kejadian saat itu.

Akhirnya Unang bisa masuk ke gedung karena dijemput panitia, keris pun boleh dibawa.

Saat mereka tampil para penjaga duduk di depan dengan menyampirkan senjata di depan mereka.

Miing menuturkan bahwa para pelawak dalam keadaan pikiran bening dengan anggapan rumah, istri, dan anak aman di rumah saja belum tentu lucu lawakannya.

Baca Juga: Beberkan Nama-nama Calon Kapolri, Mahfud MD Beri Bantahan: Tak Ada Yang Masih Bintang 2 

"Bagaimana kalau kita melawak melihat pistol itu? kan takut. Saking stresnya dari pagi sampai acara tidak berani makan, ga ada yang masuk, tegang," ujarnya.

Miing mengatakan saat itu minum air putih saja cuma sampai tenggorokan lalu keluar lagi.

Akhirnya mereka berterus terang ke Soeharto, kalau dari tiga minggu yang lalu sebelum tampil di hadapannya mereka sudah tiga kali ke dokter jantung.

"Pak Harto mengambil sapu tangan dari kantong dan tertawa. Alhamdulillah kalau Bapak tertawa kami pulang bisa ke rumah tidak ke Guntur," kata Miing.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah