Alami Kecelakaan Parah, Musisi Pop dan Ikon Trans Sophie Xeon Meninggal Dunia

- 1 Februari 2021, 14:41 WIB
Sophie Xeon meninggal di usianya yang ke 34 tahun.
Sophie Xeon meninggal di usianya yang ke 34 tahun. /Twitter.com/ @Samsmith

PR BEKASI - Kabar duka kembali muncul dari industri musik Hollywood.

Sophie, salah satu tokoh musik pop dan dance underground dalam dekade terakhir telah meninggal dunia, demikian pengumuman label Future Classic pada Sabtu, 30 Januari 2021 pagi waktu setempat.

Sophie meninggal dunia di usianya yang baru 34 tahun karena kecelakaan.

"Sophie kami yang cantik meninggal dunia pagi ini setelah kecelakaan yang mengerikan," kata label tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Billboard Senin, 1 Februari 2021.

Baca Juga: Yakin Bisa Kendalikan Covid-19, Emmanuel Macron: Prancis Tak Akan Berlakukan Lockdown ke-3

Rekan-rekan sesama musisi seperti Rina Sawayama dan Sam Smith juga mengucapkan duka mendalam atas kepergian Sophie melalui akun Twitter pribadinya.

Dilahirkan dan dibesarkan di Glasgow, Skotlandia, Sophie Xeon mewarisi minat dalam musik dance dan elektronik dari ayahnya. Ia mulai merekam musiknya sendiri di usia muda.

Pada awal tahun 2010-an, Sophie menjalin kerja sama dengan beberapa artis di label PC Music dan segera berada di barisan depan pop eksperimental. Ia merilis single debut "Nothing More to Say" pada 2013.

Single itu adalah tindak lanjutnya dari "Bipp" / "Elle", yang pertama kali menarik perhatian luas karena kombinasi yang bergantian dan memikat dari ketukan elastis dan abrasif (elastic, abrasive beats), melodi pop yang menarik, dan vokal bernada tinggi.

Baca Juga: Perjuangkan Kebenaran, Alexei Navalny dan Greta Thunberg Masuk Nominasi Nobel Perdamaian 

Sophie merilis beberapa single lagi di tahun-tahun berikutnya, termasuk hit electro-pop "Just Like We Never Said Goodbye", yang mengarah ke rilis kompilasi full-length pertamanya pada tahun 2015.

Penyanyi dan penulis lagu itu juga menjalin kemitraan artistik dengan bintang pop yang lebih mainstream seperti Charli XCX dan menjadi produser utama pada EP "Vroom Vroom" (2016).

Tak hanya itu, Sophie bahkan bekerja pada ikon pop Madonna bertajuk "B*tch, I'm Madonna" (2015) sebagai penulis.

Pada tahun 2017, Sophie merilis hit "It's Okay to Cry", sebuah balada synth-pop yang cantik dan lembut serta menandai pertama kalinya Sophie menggunakan vokalnya sendiri.

Baca Juga: Ketegangan Makin Menjadi, Militer Myanmar Tetapkan Status Darurat Selama Setahun 

Perilisan lagu tersebut dinamai oleh Billboard sebagai salah satu lagu terbaik di tahun 2017.

Melalui video musiknya, Sophie juga menampilkan sosok aslinya untuk kali pertama. Sophie pun mengaku bahwa ia adalah seorang transgender.

"Saya tidak begitu setuju dengan istilah 'coming out'. ... Saya hanya mengikuti apa yang terasa jujur," kata Sophie saat diwawancarai Teen Vogue.
 
Sophie juga lebih suka tidak menggunakan kata ganti yang merujuk jenis kelamin (pronouns: he/she, Sophie menggunakan "they" sebagai kata gantinya).

Baca Juga: Dituduh Jadi Penyebab Retaknya Hubungan Stefan William-Celine Evangelista, Natasha Wilona: Aku Sih Ketawa Aja  

Pada tahun 2018, ia merilis album debut resminya "Oil of Every Pearl's Un-Insides", yang bahkan menerima nominasi untuk album dance / elektronik terbaik di Grammy 2019.

Pada pergantian dekade, pengaruh Sophie tidak dapat dikesampingkan dalam kebangkitan subgenre hyperpop yang sedang berkembang dengan campuran vokal yang bergeser dengan keras, ketukan yang menabrak dan naluri pop murni.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Billboard


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x