Menurut Deddy Corbuzier, seandainya para artis membuat konten edukasi pasti tidak akan ditonton, walaupun ditonton, pasti penontonnya sedikit.
"Saya struggling loh, saya struggling gila-gilaan bikin podcast ini dengan harapan ditonton orang dan akhirnya berhasil," ujar Deddy Corbuzier.
"Ini kan sama aja kayak Aldi Taher, kenapa saya undang Dinar Candy, karena ditonton. Karena saya gak mau podcast saya itu cuma satu arah, politik terus, atau ketawa terus. Saya membuka banyak suara buat semua orang," sambungnya.
Deddy Corbuzier lantas menjelaskan bahwa konten yang sering memamerkan kekayaan itu ditonton, disukai, disenangi, bahkan digandrungi oleh netizen Indonesia.
"Saya gak tahu apakah penonton saya suka konten seperti itu. Tapi faktanya konten-konten pamer kekayaan itu ditonton, dan konten edukasi atau konten yang bagus tidak ditonton," ujar Deddy Corbuzier.
"Ini sama seperti tv lama-lama. Acara saya juga bungkus lama-lama, karena terlalu edukatif. Kalau isinya cuma joget-joget, alay-alay, ditonton," sambungnya.
Menurut Deddy Corbuzier, hal itu bisa terjadi karena penduduk Indonesia yang jumlahnya 270 juta lebih, pola pendidikannya kebanyakan masih rendah.
"Jadi gak bisa nonton konten edukasi, gak nyampai. Tapi penonton kita kebanyakan adalah sosial ekonomi rendah, sosial pengetahuan rendah. Nah, sosial pengetahuan rendah masih bisa dijual mimpi, mereka ikut bahagia ketika melihat orang yang pamer kekayaan bahagia. Itu psikologisnya," tuturnya.