Pembunuh Berantai Dihukum 160 Tahun Penjara usai Pembunuhan Besar-besaran Bermodus Aplikasi Kencan di AS

- 7 Oktober 2021, 17:03 WIB
Pria di Amerika Serikat menjadi pembunuh berantai dengan melakukan pembunuhan besar-besaran.
Pria di Amerika Serikat menjadi pembunuh berantai dengan melakukan pembunuhan besar-besaran. /Pixabay/PublicDomainPicture

PR BEKASI - Seorang terpidana pembunuh berantai di Amerika Serikat yang memikat korban dengan aplikasi kencan dijatuhi hukuman 160 tahun penjara.

Terpidana pembunuh berantai ini melakukan aksi pembunuhan besar-besaran pada 2016 di Amerika Serikat.

Khalil Wheeler-Weaver, pembunuh berantai yang berusia 25 tahun ini, menyatakan di Pengadilan kalau dia dijebak atas pembunuhan tiga wanita.

Baca Juga: Telah Bunuh 100 Orang, Pembunuh Berantai Ini Mengaku Telah Bunuh Banyak Penjahat

Akan tetapi, dia duduk terdiam saat hakim negara bagian memberikan vonisnya di Newark.

Anggota keluarga korban Robin West dan Sarah Butler membaca pernyataan emosional sebelum Wheeler-Weaver mengetahui nasibnya atas tiga pembunuhan.

Tiga pembunuhan tersebut yaitu: satu percobaan pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan penodaan pada korban.

Baca Juga: Wanita Jerman Berusia 96 Tahun Didakwa dalam Kasus Nazi, Dituduh Berkontribusi Pembunuhan pada Perang Dunia 2

Tiffany Taylor, yang selamat dari serangan si pembunuh, menyampaikan rasa traumanya di ruang sidang.

"Seluruh hidup saya berbeda, saya tidak memakai riasan lagi," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari NY Post.

Dia mengaku tak lagi memiliki teman dan selalu merasa paranoid, tetapi dia senang masih hidup.

Baca Juga: Aksi Brutal Pemain AHHA PS Pati Disorot Media Asing: Tendangan Pembunuhan Tahun Ini

"Saya harap Anda tidak menunjukkan penyesalan apa pun kepadanya, karena dia tidak menunjukkan penyesalan apa pun,” pintanya kepada Hakim Pengadilan Tinggi Mark S Ali.

Wheeler-Weaver mencekik tiga wanita setelah bertemu mereka secara daring untuk berhubungan seks.

Kemudian membuang mayat mereka di utara New Jersey antara September dan Desember 2016.

Baca Juga: Pembunuh Kucing di Purwodadi Diketahui Idap ODGJ, Polisi: Pelaku Telah 4 Kali Melakukan Aksinya

"Terdakwa percaya bahwa para korban ini dapat dibuang. Mereka dibunuh dan kemudian dia menjalani harinya seolah-olah tidak ada yang terjadi," ucap Asisten Jaksa Wilayah Essex Adam Wells.

"Tetapi kehidupan masing-masing wanita ini penting," sambungnya.

Penyelidik memuji teman-teman Butler, seorang mahasiswa, karena menggunakan media sosial untuk membuat akun palsu dan memancing Wheeler-Weaver serta memikatnya ke Montclair.

Baca Juga: Wanita Jerman Berusia 96 Tahun Didakwa dalam Kasus Nazi, Dituduh Berkontribusi Pembunuhan pada Perang Dunia 2

Ibu West, Anita Mason, mengingat putrinya yang berusia 19 tahun penuh dengan impian masa muda.

Pengadilan menyampaikan wanita bersama Wheeler-Weaver beberapa jam sebelum dia dibunuh dan dibuang di sebuah rumah kosong di kota Orange yang dibakar oleh si pembunuh.

"Saya tidak akan pernah melupakan senyumnya, wajahnya, jalannya, keinginannya untuk membantu para tunawisma,” kata ibu tersebut.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan di Bangladesh Dijatuhi Hukuman Mati, Bunuh 2 Aktivis LGBTQ Secara Brutal Beberapa Tahun Lalu

Korban lainnya, seorang penduduk Newark Joanne Brown dicekik oleh Wheeler-Weaver dan tubuhnya juga dibuang di sebuah rumah Orange yang ditinggalkan.

Butler berusia 20 tahun juga turut menjadi korban, dia menghilang sekitar Thanksgiving 2016 dan tubuhnya kemudian ditemukan di daerah berhutan.

Ayahnya, Victor, menoleh ke Wheeler-Weaver di pengadilan dan menyampaikan pesan pribadi.

"Saya harap Anda menderita, Nak, setiap malam," tuturnya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: NY Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x