Jangan Lagi Makan 2 Bungkus Mi Instan Sekaligus Mulai Sekarang! Ternyata Ini Bahayanya, Bisa Sebabkan Stroke

14 Maret 2021, 19:26 WIB
Ilustrasi makan mi instan yang lebih baik tidak makan langsung dua bungkus. /Pixabay

PR BEKASI - Ahli Gizi ID mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak lagi  memakan dua bungkus mi instan sekaligus atau biasa disebut dengan "porsi double".

Ahli Gizi ID merupakan platform konsultasi gizi online untuk membantu masyarakat dalam mengatur pola makan sehat dan bergizi.

Melalui akun Twitter resminya @AhliGiziID menjelaskan mengapa mereka melarang masyarakat Indonesia untuk memakan dua bungkus mi instan sekaligus.

Salah satu kandungan gizi tertinggi di dalam satu bungkus mie instan adalah kandungan natriumnya.

Baca Juga: Beberapa Hari setelah Kirim Permintaan Maaf, Siswa SMA di Malaysia Meninggal Dunia dalam Kecelakaan 

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @AhliGiziID, Minggu, 14 Maret 2021, dalam satu bungkus mi instan ukuran biasa terdapat kandungan natrium sebanyak 1.070 mg. Jika dua bungkus berarti sama dengan 2.140 mg.

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganjurkan untuk tidak mengonsumsi natrium lebih dari 2.000 mg per hari.

Tentunya banyak dampak negatif jika kita mengonsumsi natrium lebih dari 2.000 mg dalam satu hari, khususnya pada kesehatan.

Saat asupan natrium tinggi, maka ginjal akan membuang kelebihannya melalui urin.

Namun, jika ginjal tidak lagi mampu membuang kelebihannya, natrium akan menumpuk dalam darah, sehingga menarik dan menahan cairan dalam aliran darah yang akan mengakibatkan volume darah akan meningkat.

Baca Juga: Naik Status ke Penyidikan, Tiga Anggota Polri yang Terlibat Kasus Tewasnya Laskar FPI Kini Berstatus Non-Aktif 

Hal ini akan membuat jantung harus bekerja lebih keras dan menaikkan tekanan dalam arteri.

Dalam jangka pendek, mungkin hal tersebut hanya akan menyebabkan wajah bengkak di pagi hari.

Namun, jika terjadi dalam waktu yang lama, risiko untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal akan semakin besar.

Oleh karena itu, Ahli Gizi ID mengingatkan bahwa mengonsumsi mi instan tidaklah berbahaya, hanya saja jangan dikonsumsi secara berlebihan.

"Mie instan gak bahaya kok guys. Asal dikonsumsinya jangan berlebihan. THE DOSE MAKES THE POISON," cuit mereka.

Baca Juga: Diduga Sindir Amien Rais, Ruhut Sitompul: Orang Hidupnya Curiga Terus, Pantas di Neraka Jahanam 

"Udahlah saran mimin cukup makan 1 bungkus aja. Kenyang kok kenyang. Tinggal mienya dikasih lauk kayak telur ceplok/rebus + sayuran. Mimin yakin bakal kenyang juga kok," sambungnya.

Perlu diketahui, Ahli Gizi ID mengingatkan bahwa "porsi double" dengan mie ukuran "jumbo" berbeda.

"Double porsi itu maksudnya kalian makan 2 bungkus mi sekaligus. Nah kalo kandungan natrium yang jumbo sekitar 1.340 mg. Noh produsen mienya aja peduli sama kesehatan kalian. Bikin yang porsi jumbo tapi kandungan natriumnya <2.000 mg," ungkap Ahli Gizi ID.

"Baru ngeh kalau kalori di kemasan yg jumbo besar bangeett. Melebihi kalori 100 gram nasi sih ini," tutupnya.

Mi instan kerap disebut sebagai makanan tidak sehat lantaran kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi, namun rendah protein, serat, vitamin, dan mineral.

Baca Juga: Mutasi Covid-19 N439K Terdeteksi di Indonesia, WHO Belum Beri Perhatian Khusus 

Penelitian telah membuktikan bahwa sering mengonsumsi mi instan berarti membiarkan tubuh mendapatkan kualitas makanan yang buruk.

Lebih jauh lagi, mi instan dapat menimbulkan risiko sindrom metabolik. Sindrom ini akan meningkatkan kemungkinan Anda terserang penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Kemudian, penggunaan MSG (monosodium glutamate) yang berfungsi meningkatkan rasa mi  instan menjadi lebih asin, manis, atau asam juga memiliki risiko kesehatan.

MSG dapat memicu reaksi alergi dengan gejala rasa sakit pada dada, berkeringat, jantung berdebar, dan sakit kepala.

Kandungan natrium yang tinggi dan MSG dari mi instan disarankan untuk dihindari oleh penderita hipertensi, pengguna obat diuretik, dan pengguna beberapa jenis obat antidepresan serta penderita gagal jantung kongestif.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler