Demo Seperti Candu, Dua Alasan Psikologis Ini Jadi Alasan Banyak Orang Senang Berada dalam Keramaian

16 Oktober 2020, 10:34 WIB
Ilustrasi Keramaian berupa antrean panjang. /Antara

PR BEKASI - Berada di tengah keramaian, baik itu berkumpul dengan teman, mengikuti kegiataan keagamaan, menonton di Bioskop atau menyaksikan sebuah konser bahkan berjalan bersama ribuan demonstran yang memiliki satu tujuan adalah sebuah kegiatan yang disenangi oleh sebagian orang bahkan seringkali membuat ketagihan.

Ternyata fenomena ini tentu bukan hanya sekadar perasaan suka pada suatu benda, hobi atau isu terkini. Namun ada penjelasan dari sisi psikologi mengapa orang senang berada di tengah keramaian.

Berikut dua alasan psikologi yang membuat kita senang berada di keramaian seperti dirangkum PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara pada Jumat, 16 Oktober 2020

Baca Juga: Tanggapi Miliaran Anggaran Mobil Dinas KPK, ICW: Nilai Kesederhanaan Mulai Pudar di Era Firli Bahuri 

Orang lain mempengaruhi hidup kita

Psychology Today menyebutkan bahwa orang lain turut andil dalam mempengaruhi perilaku kita,

Salah satu alasannya adalah karena kita hidup dalam dunia yang kompleks. Seseorang akan senang jika ada orang lain yang membantu menavigasikan hidupnya.

Psikolog Robert Cialdini, dalam buku "Influence: The Psychology of Persuasion" memberikan contoh melalui sebuah iklan yang menggunakan kata "paling laris".

Orang yang melihat tidak perlu diyakinkan apakah produk tersebut baik atau tidak, mereka hanya perlu mengetahui bahwa orang lain berpendapat demikian.

Baca Juga: Buat Nyaman Pasien Covid-19, Kominfo Tingkatkan Akselerasi Internet di Ribuan Fasyankes 

Dengan kata lain, mengikuti kerumunan memungkinkan seseorang dapat berfungsi dalam lingkungan yang rumit. Sebab, tidak semua orang memiliki waktu untuk menambah pengetahuan atau meneliti sesuatu dengan detail.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang bertahan bila bersatu. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologi seseorang.

Seorang peneliti di University of Essex, Julia Coultas mengatakan, "Bagi seseorang yang bergabung dengan suatu kelompok, meniru perilaku mayoritas akan menjadi perilaku yang masuk akal dan adaptif."

Di masa lalu evolusi, nenek moyang kita selalu berada di bawah ancaman. Kesadaran yang tajam tentang orang lain membantu nenek moyang kita bertahan hidup di dunia yang berbahaya dan tidak pasti. Manusia modern telah mewarisi perilaku adaptif tersebut.

Refleksi yang bijaksana tentang pengaruh sosial dapat membawa kita pada kesadaran yang lebih besar tentang diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Berpotensi Buat UMKM Bertransformasi, Teten Masduki Ingin Terhubung ke Pajak dan BPJS 

Berada di kerumunan sangat menyenangkan

Menurut Independent.ie, seorang psikolog dari University of Sussex, John Drury, menyatakan hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa orang-orang yang berada di tempat yang sangat ramai justru menemukan diri mereka yang seutuhnya.

Survei ini dilakukan pada penonton yang menyaksikan DJ Fatboy Slim di Big Beach Boutiquw pada tahun 2002 yang dihadiri oleh 250.000 orang.

"Itu memang acara yang sangat ramai. Namun, di antara peserta survei kami, semakin mereka mendefinisikan diri mereka sebagai bagian dari kerumunan, semakin sedikit mereka melaporkan merasa terlalu ramai," kata Dr. Drury

Pada acara musik, kerumunan adalah bagian penting dari daya tarik. Meski berada di tempat ramai dengan berbagai identitas, ruang pribadi mereka tidak akan terusik.

"Pada saat orang berbagi identitas sosial dengan kita, kehadiran mereka sama sekali tidak mengganggu ruang kita. Mereka bukan 'yang lain', mereka adalah 'kita'," ucap Dr. Drury.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler