Dinilai Efektif Sembuhkan Pasien Covid-19, Berikut Pengertian dan Proses Terapi Plasma Konvalesen

- 5 Januari 2021, 19:16 WIB
Ilustrasi dokter melakukan uji klinis.
Ilustrasi dokter melakukan uji klinis. /PEXELS/Edward Jenner/PEXELS

PR BEKASI - Belakangan ini orang ramai memperbincangkan soal terapi plasma konvalesen, karena kabarnya dianggap efektif membantu untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan lebih cepat. Lalu apa itu terapi plasma konvalesen?

Terapi plasma konvalesen sebetulnya terapi yang menggunakan sistem mirip donor darah, namun pendonor adalah orang-orang yang telah sembuh atau pulih dari COVID-19.

Merujuk pada Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) terapi plasma pemulihan ini disahkan dan diizinkan penggunaannya selama pandemi karena hingga kini belum ada obat resmi yang betul-betul ampuh mengobati pasien COVID-19.

Baca Juga: Amien Rais Analogikan Kisah Firaun dengan Pemerintahan Jokowi, DPR: Spekulatif dan Tidak Tepat 

Sistem penggunaannya adalah mendonasikan darah dari orang yang sembuh dari COVID-19 dan memiliki antibodi terhadap virus ini. Nantinya darah yang didonorkan akan diproses terlebih dahulu untuk membuang sel darah merah sehingga meninggalkan cairan (plasma) dan antibodi yang kelak digunakan untuk meningkatkan kemampuan orang yang mendapat donor untuk melawan virus.

Karena itu dengan terapi ini diharapkan dapat mengurangi atau memperpendek lamanya penyakit pada pasien COVID-19 yang sedang dirawat di rumah sakit.

Seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mayoclinic, Selasa, 5 Januari 2021, secara umum darah yang digunakan untuk terapi ini sangat aman. Sejauh ini meski risiko tertular COVID-19 dari plasma penyembuhan belum diuji, namun para peneliti percaya bahwa risikonya rendah, sebab pendonor yang dipakai adalah yang betul-betul telah sembuh.

Baca Juga: Tegaskan Formasi CPNS Guru Akan Tetap Ada, Nadiem Makarim: Kami Terus Berupaya Perjelas Status Guru 

Beberapa risiko lainnya disebutkan seperti reaksi alergi, kerusakan paru-paru, dan kesulitan bernapas, serta infeksi seperti HIV dan hepatitis B dan C. Namun sekali lagi bahwa risiko terinfeksi semacam ini dinilai rendah. Beberapa orang mungkin mengalami komplikasi ringan atau berat, namun bisa tidak sama sekali.

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Mayo Clinic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x