Babi pada zaman dahulu di Indonesia, kata Reid, merupakan daging yang paling banyak tersedia selain ayam dan kerbau.
"Babi adalah pengalih yang paling efisien dari padi-padian ke daging. Ia merupakan sumber utama daging di daerah di mana Islam belum masuk," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Historia, Senin, 10 Mei 2021.
Bahkan menurut kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, pada abad ke-14 disebutkan bahwa jenis daging yang dihidangkan di Keraton Majapahit adalah babi liar selain daging domba, kerbau, ayam, lebah, ikan, dan bebek.
Menurut berbagai data prasasti, babi juga termasuk dalam daging yang sering dikonsumsi di antaranya babi ternak (celeng) dan babi hutan (wok).
Pada masa Jawa Kuno, kata Reid, agama telah membatasi masyarakat dalam kehidupan sosial. Namun, tak berlaku ketat dalam hal makanan.
Dalam Nagarakretagama, tercatat adanya konsumsi daging yang “tak biasa” di Keraton Majapahit. Hidangan itu tidak dihidangkan kepada orang yang taat pantangan Hindu.
“Santapan terdiri dari daging kambing, kerbau, burung, rusa, madu, ikan, telur, domba, menurut adat agama dari zaman purba, makanan pantangan: daging anjing, cacing, tikus, keledai, dan katak. Jika dilanggar, mengakibatkan hinaan musuh, mati, dan noda,” tulis Mpu Prapanca.
Baca Juga: Sebut PKI Terlihat Jelas dari Jokowi Usai Promosikan Babi Panggang, Gus Najih: Innalillahi
Makanan pantangan pun tetap disajikan bagi yang menyukainya dan rupanya digemari rakyat biasa