“Karena asalnya dari berbagai desa. Mereka diberi kegemaran biar puas,” kata Prapanca lagi.
Tak heran, ucap Reid, jika kemudian kebiasaan makan babi menjadi hambatan utama masuk Islam. Itu sudah menjadi kejadian umum di Asia Tenggara.
"Babi adalah sumber daging utama dan unsur utama dalam upacara," sebut Reid.
Baca Juga: 49 Tahun Sebagai Muslim, Ahmad Dhani Baru Sadar Jadi Istri dalam Islam Tidaklah Mudah
Islam mengharuskan perubahan dalam hal makanan, pakaian, dan gaya rambut. Karenanya agama Islam sering dilihat sebagai perubahan status etnik.
"Meninggalkan babi menjadi satu ciri masuknya Islam masyarakat Nusantara, selain menyunat dan meninggalkan berhala," ujar Reid.
Dalam Hikayat Patani dari awal abad ke-16, misalnya disebutkan penguasa Patani Thailand telah menerima Islam.
Hikayat itu menyinggung zaman raja berikutnya, yang membangun masjid pertama, penduduk kota telah dengan mudah meninggalkan kebiasaan makan babi dan benda pemujaan tetapi tetap menyembah pohon, batu, dan roh.
Pinto, penjelajah Portugis pada 1578, menyebut raja-raja Aceh dan Demak sebagai pahlawan anti-kafir. Dikatakan kalau Pahang tak akan membiarkan orang Portugis dimakamkan di daratan.