Happy Hypoxia Disebut Banyak Terjadi Pada Pasien Meninggal Covid-19, Dokter Paru Beri Penjelasan

- 4 September 2020, 19:34 WIB
Spesialis Paru dari IDI, dr Erlina Burhan Sp.P(K) dalam penjelasannya terkait penyakit COVID-19 di kantor PB IDI Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.
Spesialis Paru dari IDI, dr Erlina Burhan Sp.P(K) dalam penjelasannya terkait penyakit COVID-19 di kantor PB IDI Jakarta, Kamis 5 Maret 2020. //ANTARA FOTO

"Happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tanpa gejala. Gejala lainnya ada, seperti demam, flu, yang tidak ada gejalanya cuma sesak," kata Erlina.

Oleh karena itu, orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala lain seperti demam atau flu sebaiknya segera hubungan layanan kesehatan terdekat.

Terlebih lagi apabila gejala yang dialami semakin berat sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan.

Happy hypoxia yang menyebabkan pasien yang terinfeksi COVID-19 tidak merasakan sesak karena banyaknya infeksi yang terjadi pada tubuh akibat virus SARS CoV 2. Infeksi yang terjadi pada tubuh menghambat sinyal yang dikirimkan ke otak akibat terjadinya inflamasi.

Baca Juga: Sanksi Masuk Peti Jenazah Tidak Ada dalam Pergub, Satpol PP Jakarta: Kemauan Pelanggar Sendiri

Pada kondisi normal seseorang biasanya memiliki saturasi oksigen antara 95 sampai 100 persen. Dalam keadaan saturasi oksigen normal maka sel darah merah atau hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik lalu akan menyampaikannya ke seluruh sel pada jaringan tubuh. 

Namun, saat mengalami happy hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan di bawah level normal.

Diberitakan sebelumnya, menurut data di aplikasi berbagi informasi medis, sempat ada pasien yang sedang dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dengan kadar oksigen sekira 60 persen dalam tubuhnya namun masih bisa berbicara dan tampak sadar.

“Meskipun seorang pasien dari luar terlihat tidak mengeluhkan sakit atau gejala apa pun dalam bernapas, namun hasil X-ray dada mereka dapat menunjukkan kadar oksigen yang sangat rendah dan membahayakan dan mengarah pada pneumonia,” kata Dr. Richard Levitin, seorang dokter gawat darurat di New York.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x