Runner’s high, Sensasi Euforia Saat Berlari Mirip Kasus Kecanduan Obat Terlarang

- 13 September 2020, 11:36 WIB
Ilustrasi berlari yang saat ini menjadi tren olahraga selama masa pandemi covid-19.
Ilustrasi berlari yang saat ini menjadi tren olahraga selama masa pandemi covid-19. /Pexels

Karena aktivasi serupa, penelitian terbaru mewajibkan lari sebagai alat terapi tambahan bagi individu yang mungkin mengalami gangguan karena penggunaan narkoba atau alkohol.

Leptin

Leptin adalah hormon yang mengatur perasaan lapar dan kenyang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leptin juga berperan dalam sensasi runner's high.

Ketika para peneliti mengamati tikus, tercatat mereka yang tingkat leptinnya berkurang, berlari lebih jauh dengan roda lari daripada mereka yang tingkat leptinnya rata-rata.

Baca Juga: 31.475 Orang Mendaftar Jadi Relawan Satgas Covid-19, Baru 6.523 yang Terlatih dan Sisanya Menunggu 

Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah tikus yang memiliki leptin lebih sedikit lebih cenderung mengalami sensasi runner's high.

Para peneliti mengaitkan temuan ini dengan teori evolusi. Mereka berpendapat bahwa ketika kadar leptin rendah, hal itu dapat memotivasi seseorang untuk berlari mengejar makanan. Peningkatan motivasi ini dapat mempermudah seseorang untuk mengalami runner's high.

Meski begitu, masih perlu banyak penelitian yang diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana leptin dapat mempengaruhi runner's high pada manusia.

Terakhir, meskipun orang biasanya mengasosiasikan perasaan tersebut dengan berlari, masih banyak bentuk latihan aerobik lainnya, seperti bersepeda, berenang, dan mendayung, mungkin menawarkan sensasi yang serupa yang bisa dicoba sebagai alternatif kegiatan akhir pekan.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Medical News Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x