Jangan Sepelekan Flu pada Anak, Ternyata Flu Merupakan Salah Satu Gejala Pneumonia

- 6 November 2020, 15:21 WIB
Ilustrasi Pneumonia.
Ilustrasi Pneumonia. /ANTARA

PR BEKASI – Pneumonia bisa menyerang orang di segala usia mulai dari anak-anak hingga lansia, dengan gejala yang sering disalahartikan sebagai selesma atau pilek seperti demam, batuk, dan kehilangan nafsu makan.

Padahal, menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nastiti Kaswandani, selain gejala itu, penderita juga bisa mengalami sesak napas.

Kemudian menurutnya, berbeda dari pilek ataupun flu, napas penderita bisa tampak sangat cepat dari biasanya.

Baca Juga: Kabar Gembira! PT KAI Bagikan 10.000 Voucher Gratis, Hanya Orang-orang Ini yang Bisa Menikmatinya

"Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar dia dalam talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi" seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Kamis 5 November 2020.

Nastiti mengatakan, jika menemukan gejala pada anak segeralah membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan sedini mungkin.

Pneumonia terjadi akibat peradangan pada kantong udara (alveoli) di paru-paru karena infeksi bakteri, virus dan jamur namun yang paling umum bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), sehingga menyebabkan kantong udara itu terisi dengan cairan dan nanah.

Baca Juga: Jokowi Beri Gatot Nurmantyo Bintang Mahaputera, Mahfud MD: Gak Ada Urusan Membungkam, Ini Hak Dia

Akibatnya, selain mengalami kesulitan bernapas, penderita juga bisa mengalami berbagai komplikasi serius mulai dari abses paru-paru, infeksi darah atau sepsis, gagal organ hingga kematian. Perjalanan gejala ini biasanya berlangsung kurang dari 14 hari.

"Paru organ penting untuk pertukaran oksigen, kalau ada gangguan di jaringan paru, terisi sel radang, maka fungsi pertukaran oksigen bisa terganggu dan anak bisa kekurangan oksigen. Kalau tidak ditangani bisa menyebabkan kematian," papar Nastiti.

Bakteri pneumococcus sendiri berpindah melalui udara misalnya ketika batuk atau bersin, darah atau permukaan terkontaminasi.

Baca Juga: Dikira Sedang Bersandar Saat Pimpin Sidang, Hakim PTTUN Ini Meninggal Dunia Usai Bertanya pada Saksi

Selain itu, bisa juga dengan imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine). Imunisasi ini bisa mulai diberikan pada balita di bawah usia 2 tahun hingga lansia berusia di atas 50 tahun.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi menuturkan, pemerintah berkomitmen mencegah anakanak di Indonesia meninggal karena penyakit khusus pneumonia.

Untuk itu, pemantauan kasus-kasus pneumonia pada anak yang ditemukan di puskesmas, klinik maupun rumah sakit terus dilakukan, sembari mengintervensi pada kasus, sehingga tak menjadi kejadian luar biasa (KLB).

Baca Juga: Isu Pencekalan Rizieq Shihab Oleh Pemerintah RI Semakin Nyaring, Politisi PDI-P: Buktikan!

Selain itu, Nadia juga mengimbau orang tua untuk memperhatikan kualitas gizi anak sejak berada dalam kandungan sehingga anak lahir dalam keadaan berat badan lahir cukup dan penuhi jadwal imunisasinya.

Kurang gizi, anak lahir dengan berat badan kurang, tidak mendapatkan ASI eksklusif, ditambah imunisasi tak lengkap dan paparan asap rokok diketahui merupakan faktor risiko seseorang termasuk anak terkena pneumonia.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah