Mereka yang berakhlak mulia dan sangat mendalam ilmu agamanya inilah yang patut untuk didengar petuahnya dan diteladani perilaku baiknya.
Tentu saja di antara yang bernasab mulia itu ada yang tidak boleh kita teladani perilakunya, seperti karena kurang berilmu, akhlaknya buruk, gila hormat, senang dipuji, bersikap kasar, jauh dari sifat tawadu, dan ada juga yang ceramah agamanya hanya berisi provokasi dan caci maki sana sini.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Tito Karnavian Tegur Kepala Daerah yang Mengizinkan Kerumunan
Habib pada masa lalu berjasa besar membawa ajaran Islam masuk ke Indonesia. Islam telah masuk untuk pertama kalinya ke Indonesia pada abad pertama Hijriah langsung ke pesisir Sumatera dari negeri Arab.
Diketahui Islam dibawa oleh golongan Alawiyyin keturunan Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali, baik yang berasal dari Makkah-Madinah maupun yang kemudian menetap di Yaman dan sekitarnya.
Jadi, tanpa mereka (habib) pada masa itu mungkin kita sekarang tidak pernah mengenal dan bersentuhan dengan Islam. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur kepada Allah, berterima kasih dan tentu menghormati keturunan mereka seluruhnya.
Baca Juga: Jumhur dan Gus Nur Positif Covid-19, Fadli Zon: Siapa yang Tanggung Jawab, Pak Mahfud?
Memuji habib yang alim, memiliki basirah (ketajaman mata hati), mengenal Allah dan sadar diri merupakan sebuah keharusan, sebagaimana Rasulullah SAW pernah memuji sebagian sahabatnya dan seperti sahabat pernah memuji sahabat lainnya di hadapan beliau.
Sebaliknya, kita jangan pernah melontarkan sekerat pujian kepada habib yang jahil, yang sering kali tertipu oleh perasaannya sendiri, yang tidak punya bashirah dalam beragama, tidak punya pengetahuan dan keyakinan kuat, karena pujian itu pasti merusak hatinya dan itu hanya menambah keangkuhannya.
Sudah berapa banyak pujian dan rasa kagum tetap dilontarkan kalangan awam muslim kepada orang yang digelari habib padahal terdapat habib yang bergelimang dalam dosa dan menyimpang terlalu jauh dari rel ajaran mulia kakeknya, Rasulullah SAW.