Keturunan Nabi Bisa Jadi Pangkal Kesombongan, Simak Tabiat Habib yang Tak Boleh Diikuti

- 16 November 2020, 20:43 WIB
Ilustrasi kaligrafi nama Nabi Muhammad SAW.
Ilustrasi kaligrafi nama Nabi Muhammad SAW. /PIXABAY/

Baca Juga: Figur Habib Rizieq Menurut Rocky Gerung: Walaupun Radikal, Kemampuan Intelektualnya Luar Biasa

Lalu, orang-orang awam itu seenaknya menjawab bahwa tidak mengapa habib melakukan dosa dan kesalahan, karena kelak Rasulullah SAW pasti memberikan syafaat (pertolongan) kepada mereka, barangkali tidak mengapa mereka itu berbuat dosa.

Ucapan demikian ini sangatlah keji, pengucapnya mencelakai diri sendiri dan sangat merusak hati para habib yang kurang berilmu (jahil).

Dalam Al-Qur'an ada ayat yang menunjukkan bahwa ahl al-bait (keluarga Nabi) itu dilipat gandakan pahalanya atas kebajikan yang dikerjakan, sebagaimana juga dilipat gandakan dosanya atas keburukan (maksiat) yang dilakukannya.

Baca Juga: Datangi Jokowi di Hari Toleransi Dunia, Komnas HAM Bahas Praktik Larangan Pendirian Rumah Ibadah

Siapa saja yang mengatakan atau menduga bahwa meninggalkan ketaatan-ketaatan atau melakukan aneka kemaksiatan itu tidak membahayakan seorang pun karena kemuliaan nasabnya atau karena kesalehan para orang tuanya, maka sungguh ia telah berdusta atas nama Allah dan menyimpang dari ijma' al-muslimin (konsensus ulama dari kaum muslim).

Kepada para habib terutama yang bila nyata-nyata tidak sejalan dengan para pendahulu mereka yang suci maka tetap kita cintai dan kita hormati karena kekerabatan nasab kepada Rasulullah SAW.

Adapun wujud kecintaan dan penghormatan kepada habib itu antara lain bagi yang mampu dan patut hendaknya dengan memotivasi dan mengingatkan mereka agar meneladani para pendahulu mereka baik dalam ilmu maupun kesalehan, akhlak yang mulia, perilaku yang terpuji.

Baca Juga: Anies Baswedan: Sanksi Rp50 Juta untuk HRS Bukan Basa-basi

Sesungguhnya nasab semata tidaklah bermanfaat dan tidak meninggikan martabat seseorang bila tidak diiringi oleh ketakwaan. Bila nasab orang yang mulia itu tidak mampu menunjukkan kemuliaan jiwa seperti para pendahulunya, maka patutkah seseorang itu hanya membangga-banggakan nasab sepanjang hayatnya?

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: islami.co


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah