Australia Hentikan Uji Klinis Vaksin Covid-19 karena Ada Relawan 'Positif' HIV, Begini Penjelasannya

15 Desember 2020, 18:21 WIB
Petugas kesehatan memberikan penanganan lanjutan kepada seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengalami reaksi usai divaksin COVID-19. /ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO

PR BEKASI - Kabar baik tengah menyelimuti Indonesia setelah kedatangan 1.2 juta dosis vaksin Covid-19 siap pakai dari perusahaan asal China, Sinovac pekan lalu.

Meski begitu vaksin tersebut belum bisa disuntikkan kepada prioritas penerima karena masih dalam pengujian oleh BPOM dan MUI mengenai keamanan vaksin.

Sementara itu, di negara tetangga kita, Australia saat ini juga masih menjalani uji klinis vaksin Covid-19 terhadap manusia.

Baca Juga: Duka Dunia Medis, IDI Buka Data Jumlah Kematian Nakes Akibat Terinfeksi Covid-19

Namun di tengah pengujian tersebut, pengembangan vaksin Covid-19 di sana dilaporkan telah dihentikan  karena menyebabkan hasil tes HIV positif.

Peneliti dari CSL dan University of Queensland (UQ) menjelaskan bahwa kemungkinan penyebab dari hasil tes HIV positif palsu dari pengujian vaksin COVID-19 ini terjadi karena vaksin menggunakan bagian kecil dari HIV.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari South China Morning Post, Selasa, 15 Desember 2020, peneliti CSL menyebut protein HIV ternyata digunakan sebagai bahan stabilizer atau penyeimbang dalam vaksin. 

Sebetulnya vaksin ini tidak membuat seseorang terinfeksi HIV, tetapi tubuh ternyata bereaksi terhadap protein tersebut dan menghasilkan antibodi pada tingkat yang membuat para relawan terdeteksi positif HIV.

Baca Juga: Karni Ilyas Umumkan ILC Nanti Malam Episode Terakhir, Warganet: Sudah Matikah Demokrasi Kita?

Sebelum melakukan pengujian, partisipan juga sudah diberitahu tentang kemungkinan ini, tetapi para ahli tidak menduga bahwa antibodi yang dihasilkan cukup untuk sampai mengelabui tes HIV. 

Untungnya sejauh ini tidak dilaporkan ada efek samping serius yang dilaporkan dari 216 relawan dalam uji klinis vaksin.

Pemeriksaan lebih jauh juga mengonfirmasi bahwa tidak ada relawan yang terinfeksi oleh HIV.

Namun, karena menimbulkan kecemasan dan kemungkinan mengganggu upaya deteksi kasus HIV, akhirnya peneliti memutuskan menghentikan pengembangan vaksin ini. 

Baca Juga: Azis Syamsuddin Tepis Isu Normalisasi dengan Israel: Indonesia Sepenuhnya Berdiri Bersama Palestina

Brendan Murphy selaku kepala otoritas kesehatan Australia menyebutkan bahwa jika pengembangan vaksin ini diteruskan, kemungkinan vaksin akan efektif bekerja. 

Namun, mereka tak mau ambil risiko dengan hasil tes HIV positif palsu ini yang akan menimbulkan kebingungan dan keraguan di masyarakat.

Akibat kemunculan hasil tes HIV positif palsu ini, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak mau terburu-buru untuk memberikan izin darurat penggunaan vaksin corona buatan Pfizer dan BioNTech.

Scott Morrison menyatakan Australia saat ini berada dalam kondisi yang berbeda dengan Inggris, yang mana sudah lebih dulu memberikan izin darurat penggunaan vaksin buatan Pfizer. 

Baca Juga: Aksi Panggung Kelewatan, Begini Kronologi Pengeroyokkan Vokalis Band oleh 5 Sekuriti di Bekasi

Morrison menyebutkan bahwa pemerintahannya ingin memastikan bahwa warga Australia dan dirinya merasa sangat kuat dan memiliki keyakinan penuh mutlak bahwa ketika pengujian berhasil, mereka bisa mendapatkan suntikan vaksin. 

Jadi, kelak warga Australia bisa membuat keputusan untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga mereka dengan percaya diri.

Australia hingga kini belum memberikan izin penggunaan vaksin Pfizer dan Morrison mengatakan jika Australia masih mengamati penggunaannya di Inggris dan Amerika Serikat. 

Ia mengatakan akan belajar dari pengalaman kedua negara, terutama melalui perjanjian berbagi data dengan Inggris.

Baca Juga: Ingatkan Jajaran Kemenkes agar Tak Korupsi, Terawan: Ingat Transparansi, Akuntabilitas, dan Audit

Pemerintah negeri Kanguru berharap regulator menyetujui penggunaan vaksin corona dari Pfizer dan BioNTech pada akhir Januari kelak dan Australia diharapkan akan mulai melakukan vaksinasi pada Maret 2021.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler