Ingatkan Efek Sampingnya, CDC: Vaksin Covid-19 Berpotensi Munculkan Reaksi Alergi pada Pasien

7 Januari 2021, 17:59 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. /The New York Times

PR BEKASI - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan pada Rabu, 6 Januari 2021, sedang memantau reaksi alergi pasien terhadap vaksin Covid-19 produksi Pfizer dan Moderna.

Mereka juga memperingatkan kepada para individu yang mendapatkan reaksi serius setelah disuntik vaksin dosis pertama untuk tidak disuntik vaksin dosis kedua.

Badan Kesehatan Masyarakat AS mengatakan reaksi alergi terhadap vaksin Covid-19 terjadi pada tingkat 11.1 per 1 juta vaksinasi.

Baca Juga: Memprihatinkan, Jumlahnya Kian Susut, Hewan Maskot Dufan Ini Diambang Kepunahan

Mereka membandingkan hal tersebut dengan vaksin flu, dimana reaksi seperti itu terjadi pada tingkat 1.3 per 1 juta suntikan.

"Reaksi parah akibat vaksin Covid-19 masih sangat jarang terjadi," kata mereka, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters.

Badan Kesehatan Masyarakat AS juga menekankan perlunya orang-orang mendapatkan vaksinasi saat suntikan tersedia bagi mereka.

Baca Juga: Densus 88 Sebut Teroris JAD di Makassar Latih Jihadis Muda untuk Meneror dan Aksi Pengeboman

Hal tersebut karena ancaman kematian dan penyakit serius akibat virus Covid-19 yang masih tinggi telah merenggut lebih dari 357.000 nyawa di Amerika Serikat sendiri.

CDC mengatakan, saat ini pihaknya sedang memantau insiden reaksi alergi dengan cermat dan berencana untuk mengabarkan perkembangan terbaru setiap seminggu sekali di situs webnya terkait reaksi alergi dari vaksin Covid-19.

Mereka juga mendesak agar tempat-tempat yang memberikan vaksin disiapkan tidak hanya untuk mengenali reaksi alergi yang serius (anafilaksis), tetapi juga dilatih tentang cara merawatnya dan mengenali kapan individu perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan tambahan.

Baca Juga: Anda Ingin Hidup Bahagia? Ikuti Tips Kebahagiaan Versi Ustaz Firanda Andirja

Pejabat CDC mengatakan 28 orang yang menerima vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech mengalami reaksi alergi yang parah.

Mereka juga mencatat satu kasus anafilaksis, yang dapat menyebabkan pembengkakan tenggorokan dan kesulitan bernafas, setelah seseorang menerima vaksin Moderna.

Para pejabat CDC mengaitkan perbedaan tersebut sebagian besar dengan fakta bahwa vaksin Pfizer / BioNTech disahkan lebih awal daripada suntikan Moderna, dan mengatakan tindakan pencegahan berlaku untuk keduanya.

Baca Juga: Prediksi Melania Trump Usai Tak Lagi Jabat Ibu Negara AS, Kembali Jadi Model?

Sebuah studi yang diterbitkan dalam laporan mingguan CDC tentang kematian dan penyakit yang mengamati kasus antara 14 Desember dan 23 Desember 2020, mengidentifikasi 21 kasus anafilaksis setelah pemberian 1.893.360 dosis vaksin Pfizer / BioNTech.

Dari jumlah tersebut, 71% terjadi dalam 15 menit pertama setelah individu melaksanakan vaksinasi.

Pekerja medis Inggris telah mengatakan bahwa siapapun individu dengan riwayat anafilaksis, atau reaksi alergi yang parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh diberi vaksin Pfizer / BioNTech.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler