Mengerikan! Penemuan Terbaru, Peneliti Sebut Covid-19 Jenis Afrika Selatan Kebal Terhadap Vaksin

20 Januari 2021, 16:07 WIB
Ilustrasi Covid-19 jenis Afrika Selatan. /Pixabay/tumisu

PR BEKASI - Baru-baru ini para peneliti menemukan fakta yang mengerikan dari jenis baru Covid-19 yang disebut sebagai Covid-19 Afrika Selatan yang dapat kabur melewati sistem kekebalan tubuh sebagian orang.

Profesor Penny Moore, peneliti di balik penemuan mengejutkan tersebut mengeklaim, 48 persen sampel darah dari orang yang pernah terinfeksi di masa lalu tidak kebal terhadap jenis baru tersebut.

"Jelas ini adalah masalah yang serius," ujar Penny Moore seperti dikutip Pikiranrakyat- Bekasi.com dari Daily Mail, Rabu, 20 Januari 2021.

Dia menjelaskan, walaupun orang tersebut sempat terinfeksi oleh virus Corona biasa dan telah memiliki respons kekebalan serta antibodi yang kuat, jenis baru ini akan tetap menerobos benteng itu, bahkan vaksin sekali pun tidak akan berpengaruh.

Baca Juga: Ditemukan di Pemakaman Mesir Kuno, ‘Kitab Kematian’ Ini Berisi Contekan Tanya-Jawab di Akhirat Kelak

"Antibodi adalah bagian utama dari sistem kekebalan tubuh yang diciptakan oleh vaksin, Covid-19 jenis Afrika Selatan ini telah berevolusi dan dapat menghindar dari antibodi tersebut, itu berarti vaksin harus didesain ulang dan dibuat kembali," kata Penny Moore.

Hingga saat ini, 54 orang di Inggris dipastikan telah terinfeksi oleh Covid-19 jenis Afrika Selatan. 

Dalam upaya untuk menghentikan Covid-19 jenis baru masuk ke negara Tiga Singa itu, mereka saat ini mewajibkan pendatang asing melakukan karantina selama 10 hari dan memberikan bukti tes negatif tiga hari sebelum berangkat ke Inggris.

Sejauh ini para peneliti telah banting tulang untuk mencari tahu lebih banyak tentang jenis baru Covid-19 ini, dimulai dengan strain yang berasal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.

Baca Juga: Jalani Sidang Cerai Pertama, Rohimah: Bang Kiwil Masih Berharap Meggy Wulandari Kembali pada Beliau

Covid-19 Afrika Selatan ini juga diketahui adalah evolusi dari jenis lama yang penularannya 50 persen lebih cepat dan dapat melewati sejumlah antibodi yang telah terbentuk oleh Covid-19 lama.

Agar lebih mudah dipahami, antibodi dan virus bisa kita analogikan sebagai kunci dan gembok, jika virus berubah dan berevolusi terlalu banyak maka antibodi lama pun tidak lagi dapat menyesuaikan dengan virus baru tersebut. 

Sehingga antibodi lama tentu tidak dapat menghancurkan virus baru yang telah berevolusi tersebut.

Berangkat dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang yang telah terinfeksi virus tiga bulan yang lalu atau lebih tidak akan memiliki kekebalan alami jika tertular virus jenis baru tersebut.

Baca Juga: AS Kembali Nyatakan China Sedang Melakukan 'Genosida' terhadap Muslim Uighur

Dr Christina Pagel anggota kelompok Independent SAGE juga mengutarakan pendapatnya soal Covid-19 jenis baru ini.

"Kami tahu bahwa virus ini bermutasi dan berpotensi besar dapat mengelabui vaksin yang ada saat ini," tuturnya.

Ia benar-benar berharap seluruh dunia bisa memiliki kesempatan untuk divaksinasi terlebih dahulu, namun ia pun takut jika semua jerih payah yang dilakukan oleh seluruh dunia sirna karena jenis baru tersebut.

"Yang tidak Anda inginkan adalah jika tiba-tiba Covid-19 jenis baru ini menyebar, lalu berevolusi lagi di setiap daerahnya dan kemudian kita harus mulai dari awal lagi," ujar Pagel.

Baca Juga: Ini 8 Komitmen yang Akan Dijalankan Listyo Sigit Jika Resmi Menjadi Kapolri

"Saya tidak bisa membayangkan kronologi yang lebih buruk daripada itu, itulah kenapa hal ini harus dipikirkan matang-matang mulai dari sekarang," sambungnya.

Pagel juga mengingatkan agar jangan membiarkan virus jenis baru tersebut menyebar terlalu luas di seluruh dunia, karena hal tersebut sama saja dengan memberi kesempatan virus itu untuk bermutasi dan berevolusi lebih jauh lagi.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler