BREAKING NEWS: 'Serangan Pertama' Joe Biden, Militer AS Balas Dendam ke Milisi Pro-Iran di Suriah

26 Februari 2021, 13:12 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (kiri) dan Iran (kanan) yang baru saja terlibat penyerangan. /ANADOLU

PR BEKASI – Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka telah melakukan serangan terhadap fasilitas militer di Suriah timur yang digunakan oleh milisi pro-Iran pada Kamis, 25 Februari 2021.

Pejabat Pentagon, John Kirby mengatakan serangan yang diperintahkan langsung oleh Presiden Joe Biden disebabkan oleh adanya serangan roket baru-baru ini di lokasi pasukan AS di Irak.

"Pasukan AS sebelumnya malam ini melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur," katanya, dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Al Jazeera.

"Serangan ini diotorisasi sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini terhadap personel Amerika dan Koalisi di Irak, dan ancaman yang sedang berlangsung terhadap personel tersebut," tambah dirinya.

Baca Juga: Sebut Banjir Terjadi di Mana-mana, Sutiyoso: Tapi Kenapa yang 'Digebukin' Anies, Gue Heran Juga

Baca Juga: CIA Sebut Putra Mahkota Saudi Dalang Pembunuhan Jamal Khashoggi, Joe Biden Bimbang

Baca Juga: Joe Biden Kirim Pesan kepada Sekutu AS Demi Yakinkan Tujuan 'Mulianya' 

John Kirby mengatakan serangan itu menghancurkan beberapa fasilitas di titik kontrol perbatasan yang digunakan oleh sejumlah kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Kata'ib Hezbollah (KH) dan Kata'ib Sayyid al-Shuhada (KSS).

Sampai artikel ini dibuat, masih belum jelas apakah ada korban jiwa dari pihak milisi pro-Iran dalam serangan tersebut

Tindakan AS itu dilakukan setelah serangan hampir dua minggu lalu di pangkalan militer utama di dalam bandara di Erbil, yang menewaskan satu kontraktor sipil asing dan melukai sedikitnya sembilan lainnya, termasuk seorang tentara Amerika.

Pasukan asing yang dikerahkan sebagai bagian dari koalisi pimpinan AS yang telah membantu Irak melawan kelompok bersenjata ISIL (ISIS) sejak 2014, ditempatkan di lokasi tersebut.

Baca Juga: Koruptor Sudah Dapat Vaksin Covid-19, Ernest Prakasa Ungkap Kekecewaannya

Baca Juga: Moeldoko Minta SBY Tak Menekan Dirinya, Yan Harahap: Sombong Banget Manusia Ini 

Sebuah kelompok bayangan yang menamakan dirinya Awliya al-Dam atau Penjaga Darah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan mengatakan akan terus menyerang "pendudukan" pasukan AS di Irak.

Pernyataan Pentagon menggambarkan tanggapan militer AS sebagai proporsional, terkoordinasi dengan langkah-langkah diplomatik dan dilakukan dalam konsultasi dengan mitra koalisi.

"Kami telah bertindak dengan cara yang disengaja yang bertujuan untuk menurunkan situasi secara keseluruhan baik di Suriah timur dan Irak," katanya.

Shihab Rattansi dari Al Jazeera, yang berada di Washington DC, mengatakan ada upaya yang jelas untuk membedakan dengan pendahulu Joe Biden, yaitu Donald Trump.

"Mereka mencoba untuk membandingkan dengan era Donald Trump yang dalam menanggapi serangan terhadap pasukan koalisi di Irak menggunakan kekuatan yang paling tidak proporsional dengan membunuh jenderal Iran (Qassem) Soleimani," katanya.

Baca Juga: Kerumunan Jokowi Disamakan dengan Kasus Kerumunan HRS, Ruhut Sitompul: Kaca Mata Kuda

Baca Juga: Polri Tolak Laporan Kerumunan Jokowi, Prabowo: Tak Semua Perlu Dilaporkan Nanti Berujung Kecewa 

Pemerintah Irak saat ini sedang melakukan penyelidikan sendiri atas serangan 15 Februari 2021 lalu di Erbil.

Serangan itu diikuti beberapa hari kemudian di pangkalan yang menampung pasukan AS di utara Baghdad. Setidaknya satu kontraktor terluka dalam serangan itu.

Roket juga menghantam Zona Hijau Baghdad pada hari Senin yang menampung kedutaan AS dan misi diplomatik lainnya.

Beberapa pejabat Barat dan Irak mengatakan serangan, yang sering diklaim oleh kelompok yang kurang dikenal, dilakukan oleh militan yang memiliki hubungan dengan Kata'ib Hezbollah.

Hal tersebut sebagai cara bagi sekutu Iran untuk mengganggu pasukan AS tanpa dimintai pertanggung jawaban.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler