Media Asing Liput Pejuang Lingkungan Indonesia Sadiman, Dianggap Gila Usai 'Sulap' Bukit Tandus di Jawa Tengah

20 Maret 2021, 19:43 WIB
Pejuang lingkungan Sadiman telah mengubah bukit-bukit tandus menjadi hijau setelah 24 tahun berusaha. /Reuters

PR BEKASI – Aksi Pejuang Lingkungan asal Indonesia yang bernama Sadiman untuk menghijaukan bukit tandus selama 24 tahun di Jawa Tengah diliput oleh media luar.

Salah satu media yang mewartakannya adalah Reuters dengan judul “Once called crazy, Indonesian eco-warrior turns arid hills green” terpantau berita tersebut juga kembali diberitakan oleh Asia One.

Pernah dianggap gila oleh penduduk desa tempat ia tinggal, pejuang lingkungan Indonesia, Sadiman telah mengubah bukit-bukit tandus menjadi hijau setelah 24 tahun berusaha.

Hal ini membuat sumber daya air kembali tersedia di wilayah pegunungan yang rawan kekeringan, tempat di mana Sadiman tinggal.

Baca Juga: Diam-diam Jadi Pemegang Saham Baru Persis Solo, Kaesang Pangarep: Liga 1 Harga Mati

Baca Juga: Heboh Pria Buktikan Sosok Kuntilanak Benar Melayang, Warganet: Cuma di +62 Hantu Gak Ada Harga Diri

Baca Juga: Ditantang Perang Anggota KKB Lewat Media Sosial, TNI-Polri Kompak Buru dan Tindak Tegas Pelaku 

Dikenal sebagai 'mbah' atau 'kakek', pria berusia 69 tahun itu bekerja tanpa henti untuk menanam pohon di perbukitan di Jawa Tengah.

Aksi tersebut dilakukan setelah kebakaran yang awalnya terus dilakukan untuk membuka lahan demi bercocok tanam tetapi malah hampir mengeringkan sungai dan danau di daerah itu.

Saat ditemui oleh Reuters, Sadiman memakai topi ranger khasnya dan baju safari. Sadiman hanya memiliki satu nama, seperti kebanyakan orang Indonesia.

“Saya berpikir sendiri, kalau tidak menanam pohon banyan, daerah ini akan menjadi kering,” kata Sadiman seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 3 Maret 2021.

“Menurut pengalaman saya, pohon bayan dan pohon ficus bisa menyimpan banyak air,” sambungnya.

Baca Juga: Geram dengan Ulah Ruhut Sitompul, Andi Arief: Semoga Jokowi Angkat Dia Jadi Direksi PLN Bagian Pegang Setrum  

Akar panjang dari 11.000 pohon banyan (Beringin India) dan ficus ( Beringin Ara / Waringin) yang menyebar ke segala arah sejauh 250 hektar di wilayah tersebut telah membantu menyerap air tanah dan mencegah erosi tanah.

Berkat usahanya, mata air telah terbentuk ketika dahulu adalah tanah tandus dan gersang, airnya kemudian dialirkan ke rumah-rumah dan digunakan untuk mengairi pertanian.

Namun, pada awalnya hanya sedikit warga desa yang mengapresiasi karyanya.

“Orang-orang mengejek saya karena membawa bibit pohon bayan (beringin) ke desa, karena mereka merasa tidak nyaman karena mereka yakin ada makhluk halus di pohon itu,” sambungnya.

Menurut kesaksian warga lain, Warto, bahkan ada yang mengira Sadiman sebagai orang gila karena menukar bibit pohon dengan kambing yang dia pelihara.

Baca Juga: Sindir 'Pemain Tua' Generasi Penikmat, Jansen Sitindaon: Bawa Begal dari Luar, Nyalon Ketua PSSI Aja Kalah 

“Dulu orang mengira dia gila, tapi lihat hasilnya sekarang,” ucap Warto.

“Ia mampu menyediakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di beberapa desa,” sambungnya.

Sadiman juga mendanai pekerjaannya melalui pembibitan tanaman seperti cengkeh dan nangka yang bisa dia jual atau barter.

Sadiman menuturkan bahwa kurangnya curah hujan di daerah tempat dia menanam pohon pernah membatasi petani untuk panen sekali dalam setahun, tapi sekarang, sumber air yang melimpah memastikan kemampuan dua atau tiga kali panen.

“Saya berharap masyarakat di sini bisa hidup sejahtera dan hidup bahagia. Dan jangan terus menerus membakar hutan,” imbuh Sadiman dengan mata berbinar.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Asia One

Tags

Terkini

Terpopuler