Otoritas Palestina Rundingkan Kembali Soal Kesepakatan Vaksin Covid-19 Pfizer dengan Israel

21 Juni 2021, 08:10 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. Otoritas Palestina berencana akan merundingkan kembali soal kesepakatan vaksin Covid-19 Pfizer dengan pihak Israel. /Reuters/Denis Balibouse


PR BEKASI - Otoritas Palestina berencana untuk merundingkan kembali kesepakatan penerimaan 1.4 juta vaksin Covid-19 Pfizer dari israel.

Sebelumnya Otoritas Palestina telah membatalkan perjanjian awal karena takut jika beberapa suntikan vaksin Pfizer dari Israel sudah mendekati masa kadaluarsa.

Namun, Mai al-Kaila selaku Menteri Kesehatan Palestina pada Minggu mengkonfirmasi bahwa kantornya akan berdiskusi kembali dengan Kementerian Kesehatan Israel untuk menyelesaikan kesepakatan dengan memastikan keamanan dosis vaksin Covid-19 Pfizer .

Menurut sebuah sumber diplomatik Israel mengkonfirmasi bahwa pembicaraan antara kedua belah pihak sudah berlangsung sejak Minggu lalu.

Baca Juga: Palestina Terpaksa Batalkan Pemesanan Vaksin Covid-19 dari Israel, Sejumlah Dosis Kedapatan Kadaluarsa

“Kami akan melanjutkan diskusi dengan Pfizer untuk mendapatkan vaksin yang kadaluarsa pada akhir Juli sesegera mungkin, sehingga kami memiliki cukup waktu untuk melakukan vaksin kepada semua kelompok yang ditetapkan sesuai dengan rencana vaksinasi nasional,” kata al-Kaila, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com melalui The Jerusalem Post, Senin, 21 Juni 2021.

Dia juga berharap vaksin Covid-19 Pfizer yang diberikan bisa mencapai tingkat kekebalan hingga 70 persen.

Menurut perjanjian tersebut, Kementerian Kesehatan Palestina akan mendapatkan inokulasi vaksin yang dibutuhkan sebanyak 1,4 juta dosis vaksin Pfizer dari gudang Israel.

Selain itu, dalam dokumen tersebut juga ditetapkan bahwa gelombang pertama pemberian vaksin Pfizer kepada Palestina seharusnya tiba pada akhir Mei dan awal Juni.

Baca Juga: Palestina Jelaskan Alasan Batalkan Terima 1 Juta Dosis Vaksin Pfizer dari Israel

Namun, pada akhirnya, kesepakatan itu ditunda penandatanganannya, karena tanggal kadaluarsa pada vaksin Pfizer terlalu dekat.

“Jadi kami menolak untuk menerimanya dan mengembalikannya ke pihak Israel,” katanya.

al-Kaila juga mengatakan bahwa tanggung jawab Kementerian Kesehatan mencakup semua orang Palestina di jalur Gaza.

"Kami mengkonfirmasi bahwa kami akan mengirim dosis ke mana saja, dan tidak ada yang memaksakan kehendaknya dalam masalah ini," ujarnya.

Baca Juga: Israel Kembali Lancarkan Serangan ke Palestina, Kedua Kalinya Ingkari Gencatan Senjata

Pembicaraan kemudian berlanjut dengan Israel hingga akhir pekan lalu, ketika pihak dari Pfizer melakukan intervensi.

“Bahwa kami memiliki hak untuk mendistribusikan vaksin dengan cara yang kami inginkan, dan membatalkan persyaratan Israel untuk Jalur Gaza, dan karenanya kami sepakat Kamis lalu untuk menyelesaikannya. perjanjian dan itu ditandatangani, ”kata al-Kaila kepada WAFA.

Otoritas Palestina telah menandatangani perjanjian dengan pihak Pfizer untuk membeli 4.140 juta dosis dengan harga 6.75 dolar AS atau setara dengan Rp97 ribu per dosis.

Dia juga mengatakan bahwa Palestina adalah satu-satunya negara di dunia yang dapat memperoleh penawaran dalam pembelian vaksin tersebut.

Baca Juga: Bunuh Warga Palestina Penderita Autisme dengan Membabi Buta, Polisi Israel Didakwa Bersalah

"Pengiriman pertama sebanyak 205.920 dosis yang dijadwalkan untuk April, Mei dan Juni, dengan kecepatan pengiriman 20.000 dosis per minggu," ujar al-Kaila.

Kemudian untuk gelombang kedua dari 1.795.000 dosis seharusnya tiba pada bulan Juli, Agustus dan September.

Selanjutnya dia juga mengatakan bahwa untuk gelombang ketiga sekitar dua juta dosis ditetapkan untuk tiga bulan terakhir pada tahun ini.

Tetapi diperkirakan penundaan vaksin tersebut terjadi karena permintaan global, dan vaksin juga tidak akan jatuh tempo sampai musim gugur.

"Di bawah tekanan dari Kementerian Kesehatan Palestina dan melalui teman-teman internasional, Pfizer mengusulkan pertukaran di mana vaksin Israel akan dikirim ke Palestina, dan ketika vaksin musim gugur tiba, mereka akan dikirimkan ke Israel untuk digunakan pada warganya," ucapnya.

Selain itu, Menteri Kesehatan juga mengatakan bahwa kantornya telah menandatangani beberapa perjanjian dengan produsen vaksin, termasuk Sputnik, yang dikontrak untuk membeli 500.000 dosis, tetapi tanggal pengiriman sering berubah karena permintaan besar akan vaksin di seluruh dunia.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: The Jerusalem Post

Tags

Terkini

Terpopuler