Hutan Amazon Memasuki Titik Kritis, Pegiat Lingkungan: Peringatan bagi Umat Manusia

23 Juni 2021, 17:40 WIB
Hutan hujan Amazon saat ini memasuki titik kritis. /REUTERS/Ueslei Marcelino

PR BEKASI - Hutan hujan terbesar di dunia, Amazon, tengah dalam kondisi yang dapat membahayakan umat manusia.

Pasalnya, hutan hujan Amazon saat ini terus dilanda deforestasi secara intens.

Dalam 10 tahun terakhir, hutan Amazon lebih banyak melepaskan CO2 ketimbang menyerapnya.

Baca Juga: Hutan Amazon Kini Produksi CO2 Lebih Banyak daripada yang Diserap Perburuk Keadaan Iklim Dunia

Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Rainforest Alliance, mendesak perhatian dari semua pihak.

Dia menekankan bahwa melestarikan hutan, dalam hal ini hutan Amazon, bukanlah suatu pilihan melainkan kewajiban.

"Antara 2010 dan 2019, misalnya, degradasi di Amazon Brasil, yang disebabkan oleh fragmentasi, pemanenan berlebihan, atau kebakaran yang merusak tetapi tidak menghancurkan pohon, menyebabkan emisi tiga kali lebih banyak daripada perusakan hutan secara langsung," katanya dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Anadolu Agency.

Baca Juga: CEO Amazon Jeff Bezos kembali Rebut Takhta Orang Terkaya di Dunia Usai Gelarnya Direbut Elon Musk

Berenger mewanti-wanti masyarakat dunia terkait kondisi hutan Amazon yang kini memasuki titik kritis, dengan menyebutnya sebagai "peringatan bagi umat manusia".

Seperti yang diketahui, hutan Amazon memegang peranan penting terhadap perubahan iklim di seluruh belahan bumi bagian barat.

"Ini berdampak pada perubahan iklim, tetapi juga pada keanekaragaman hayati, karena Amazon menampung 40 persen hutan hujan dunia yang tersisa dan 25 persen keanekaragaman hayati terestrialnya," lanjutnya.

Baca Juga: Hutan Hujan Amazon Diprediksi Akan Mencapai Titik Kritis Sebelum 2064

Bahkan, peningkatan degradasi hutan Amazon juga akan berdampak secara signfikan pada sistem hidrologi secara global.

"Ini akan menyebabkan perubahan cuaca lokal yang tidak dapat diubah yang dapat mengeringkan hutan, meningkatkan kerentanannya terhadap kebakaran, dan menyebabkan sebagian besar Amazon mati dan menjadi ekosistem tipe sabana," katanya.

Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka Berenger memperingatkan adanya konsekuensi tak terduga yang mengancam pola cuaca, spesies tumbuhan dan hewan yang bergantung pada hutan Amazon.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Otak yang Terpapar Covid-19 Memiliki Efek Seperti Penyakit Alzheimer dan Parkinson

Selain itu, Brenger juga menyebut adanya korelasi antara perusakan hutan dengan pandemi.

"Selain itu, ada hubungan kuat antara perusakan hutan tropis dan perkembangan pandemi, karena penggundulan hutan dan perburuan satwa liar dapat menyebabkan limpahan penyakit dari hewan ke manusia," katanya.

Berdasarkan sebuah laporakan, sekitar 70 persen penyakit menular berasal dari hewan, termasuk Covid-19, SARS, flu burung, Ebola, hingga HIV.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Anadolu Agency

Tags

Terkini

Terpopuler