China Dituduh Buang Banyak Tinja Manusia ke Laut Natuna Utara hingga Terlihat dari Luar Angkasa

19 Juli 2021, 08:31 WIB
Pihak China dituduh membuang banyak tinja manusia ke laut Natuna Utara hingga terlihat dari luar angkasa. /Simulaty/Mashable SEA

 

PR BEKASI - China dipersalahkan karena membiarkan kapal-kapalnya membuang begitu banyak tinja manusia dan limbah ke bagian Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara.

Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang mengkhawatirkan bahkan dapat terlihat dari luar angkasa sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mashabale pada Senin, 19 Juli 2021.

Citra satelit yang menunjukkan kerusakan diambil dan dianalisis oleh Simularity Inc., sebuah perusahaan perangkat lunak yang berbasis di AS, ratusan kapal penangkap ikan China telah terlihat melepaskan air limbah manusia ke laut di sekitar Kepulauan Spratly.

Sparatly sendiri sebuah wilayah di Laut China Selatan yang telah menjadi sasaran sengketa antara beberapa negara Asia Tenggara dan China.

Baca Juga: Ancam Serang Jepang dengan Nuklir Bila Ikut Campur dengan Taiwan, China: Kami Akan Buat Mereka Luluh Lantak

Dilaporkan, pembuangan bertahun-tahun oleh kapal telah menyebabkan kerusakan pada terumbu karang dan satwa laut di kawasan itu, dan limbah yang berlebihan secara tiba-tiba telah menyebabkan pertumbuhan alga yang berlebihan, yang berbahaya bagi kelangsungan hidup terumbu ini.

Simularity mencatat bahwa pertumbuhan alga secara bertahap terlihat dari luar angkasa sejak mereka memulai pengamatan lima tahun lalu, dan pada satu hari di bulan Juni 2021, setidaknya 236 kapal terlihat di wilayah tersebut.

Liz Derr pendiri dan CEO Simularity mempresentasikan temuan perusahaan di forum digital yang diselenggarakan oleh Stratbase ADR Institut sebuah organisasi penelitian independen yang berfokus pada berbagai masalah ekonomi, sosial, politik, dan strategis yang dihadapi Filipina.

Derr menjelaskan bahwa tindakan membuang tunja manusia ke dalam air telah menyebabkan peningkatan pertumbuhan Klorofil-a, dan kerusakan yang disebabkan oleh fenomena tidak alami ini "mendekati titik tidak bisa kembali".

Baca Juga: WHO Kembali Usulkan Misi Penyelidikan Asal Usul Covid-19 dan Audit Laboratorium ke China

"Dalam air, konsentrasi Klorofil-a adalah ukuran fitoplankton. Kelebihan fitoplankton yang tidak dapat dikonsumsi oleh penghuni terumbu akan mati dan tenggelam ke dasar laut, di mana dikonsumsi oleh bakteri," kata Derr.

"Bakteri ini mengkonsumsi oksigen yang biasanya tersedia untuk ikan, menciptakan 'zona mati'."

Ia pun menjelaskan bahwa kapal juga merusak terumbu karang di wilayah tersebut.

"Sampah dari kapal yang berlabuh di Spratly merusak terumbu karang, dan kita bisa melihatnya dari luar angkasa," katanya.

Baca Juga: 5 WNA China dan Malaysia di Sukabumi Nyaris Kabur saat Diciduk, Diduga Langgar Izin Tinggal

"Ketika kapal tidak bergerak, kotorannya menumpuk. Ratusan kapal yang berlabuh di Spratly membuang limbah mentah ke terumbu karang yang mereka tempati,” sambungnya.

Jika temuan Simularity akurat, tempat-tempat seperti Filipina yang paling dekat dengan Stratly akan kehilangan sumber makanan utama dalam bentuk makanan laut seperti tuna dan spesies ikan lainnya.

China menyebut omong kosong.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Bocoran Hasil Rapat, Covid-19 Disebut Dimainkan Komunis China untuk Habisi Pribumi

Sebagai tanggapan, China telah melabeli studi Simularity sebagai "lelucon besar", dan menolak temuan itu sebagai tidak akurat dan menyesatkan .

Zhao Lijian –juru bicara Kementerian Luar Negeri China –menanggapi tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa Simularity adalah "memalsukan fakta, melanggar etika profesional, dan menyebarkan desas-desus tentang China."

Dia juga menambahkan bahwa China lebih dari siap untuk bekerja sama dengan negara-negara pesisir Laut China Selatan (negara-negara yang terletak di sepanjang pantai) untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.

Meskipun temuan itu penting bagi Filipina tetapi, pejabat dari berbagai kementerian negara itu juga meragukan temuan Simularity.

Baca Juga: Jackie Chan Ingin Gabung Partai Komunis China, Picu Kemarahan Warga Hong Kong: Ucapannya Tak Bisa Dimaafkan

Menurut beberapa laporan, pejabat Filipina telah menunjukkan keengganan untuk menerima bukti sebagai kebenaran, karena gambar yang digunakan dalam laporan yang diterbitkan, sebuah foto yang menggambarkan sebuah perahu membuang limbah ke laut yang diduga ditangkap di Great Barrier Reef Australia tahun lalu, dan tidak berada dalam wilayah Kepulauan Spratly seperti yang diklaim oleh surat kabar tersebut.

"Kami telah mencatat berita yang beredar secara online tentang dugaan pembuangan limbah di Laut China Selatan," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.

"Bagaimanapun, saya telah mengarahkan Komando Barat yang memiliki yurisdiksi atas WPS untuk memverifikasi dan menyelidiki."

"Namun, foto kapal yang terlihat membuang sampah yang menyertai laporan itu ditemukan telah diambil di Great Barrier Reef Australia pada tahun 2014. Oleh karena itu, niat untuk menyesatkan ini telah menimbulkan keraguan besar atas keakuratan laporan Simularity," katanya, menjelaskan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Mashable

Tags

Terkini

Terpopuler