Pemimpin Taliban Ungkap Masa Depan Kelompoknya: Kami Ingin Maju dan Bekerja Sama Demi Kepentingan Bersama

23 Agustus 2021, 12:40 WIB
Abdul Qahar Balkhi berbicara tentang masa depan kelompok tersebut, ingin bergerak maju dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. /Al Jazeera

PR BEKASI - Pemimpin Taliban Abdul Qahar Balkhi dari Komisi Kebudayaan Taliban telah berbicara tentang masa depan kelompok tersebut dalam  wawancara resmi dengan media Al Jazeera.

Di mana  Abdul Qahar Balkhi memperlihatkan wajahnya untuk pertama kalinya dalam konferensi pers pertama Taliban, pada Selasa, 17 Agustus 2021.

Pemimpin Taliban tersebut juga mengatakan bahwa kelompok itu ingin bergerak maju dan berharap para pemangku kepentingan, baik domestik maupun internasional dapat bekerja sama untuk kepentingan bersama.

Baca Juga: Takut Diculik Taliban, ARMY Afghanistan Terpaksa Bakar dan Sembunyikan Album BTS

Formasi pemerintah

Tentang formasi pemerintah, Abdul Qahar Balkhi mengatakan bahwa konsultasi terkait hal tersebut sedang berlangsung, dan tentu saja ini akan menjadi sistem yang inklusif.

Pembicaraan tersebut termasuk tentang penempatan ibu kota yang akan tetap di Kabul atau pindah ke Kandahar.

"Tentang kekacauan di bandara Kabul. Kami sedang dalam pembicaraan dan kami memiliki hubungan, hubungan kerja, dengan Amerika tentang pengaturan keamanan," kata Abdul Qahar Balkhi, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera pada Senin, 23 Agustus 2021.

Baca Juga: Pemimpin Anti-Taliban Ingin Lakukan Negosiasi, Ahmad Massoud: Kami Tidak Ingin Perang Pecah

Sementara untuk pos pemeriksaan luar berada dalam kendali Taliban, dan di dalam berada di bawah kendali pasukan AS, dan mereka terus-menerus berhubungan satu sama lain.

"Tentang kurangnya kepercayaan antara orang-orang di Kabul dan Taliban. Sangat disayangkan orang-orang bergegas ke bandara seperti saat ini," katanya.

"Karena kami telah mengumumkan amnesti umum untuk semua orang di pasukan keamanan dari tingkat senior hingga junior, ketakutan ini, histeria yang terjadi ini tidak berdasar," tambahnya.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Perempuan Syiah Takut Jadi Budak Seks Taliban hingga Jokowi Beri Selamat kepada Ismail Sabri

Sementara tentang pengambilalihan Kabul, Abdul Qahar Balkhi mengatakan bahwa perkembangannya begitu cepat sehingga semua orang terkejut. 

"Ketika kami memasuki Kabul, dan itu tidak direncanakan karena pada awalnya kami mengumumkan bahwa kami tidak ingin memasuki Kabul, dan kami ingin mencapai solusi politik sebelum memasuki Kabul dan membuat pemerintahan bersama dan inklusif. Tapi yang terjadi adalah aparat keamanan pergi, meninggalkan tempat mereka, dan kami terpaksa meminta pasukan kami untuk masuk dan mengambil alih keamanan," ujar Balkhi.

Pemerintahan dan hak-hak perempuan

Abdul Qahar Balkhi mengatakan bahwa inti dari pembicaraan intra-Afghanistan adalah bahwa kami mencapai kesepakatan tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh hak-hak itu.

Baca Juga: Kuasai Afghanistan, Taliban Berjanji Tak Akan Wajibkan Burqa bagi Perempuan

"Hukum Islam diketahui semua orang dan tidak ada ambiguitas tentang hak-hak perempuan, hak-hak laki-laki, tidak hanya perempuan tetapi juga hak-hak laki-laki dan anak-anak. Dan saat ini kita berada dalam situasi yang mudah-mudahan dalam konsultasi akan ada klarifikasi tentang apa hak-hak itu," ujarnya.

Sementara pembunuhan dan pelecehan yang ditargetkan yang dilaporkan terhadap tokoh-tokoh pemerintah dan masyarakat sipil, Abdul Qahar Balkhi mengatakan bahwa prioritas utama kami adalah disiplin dalam jajaran kami sendiri, dan tidak menegakkan hukum pada orang lain.

"Dengan menggunakannya pada diri kami sendiri terlebih dahulu dan kemudian memberikannya contoh untuk diikuti oleh masyarakat lainnya. Jadi kami yang pertama dan anggota kami, jika mereka terlibat dalam hal-hal seperti itu, mereka akan menjadi yang pertama diadili," tambahnya.

Baca Juga: ARMY Afghanistan Harus Sembunyikan dan Bakar Album BTS: Saya Sangat Takut Taliban Datang

Pada kelompok yang diberi label 'teroris'

Abdul Qahar Balkhi mengatakan bahwa dia tidak berpikir orang mempercayainya sebagai teroris. 

"Saya pikir itu hanya perang melawan teror, itu hanya istilah yang diciptakan oleh Amerika Serikat dan siapa pun yang tidak mengantre diberi label teroris," ucapnya.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler