Komisioner HAM PBB Sebut Taliban Bohong Soal Amnesti Pelayanan Publik hingga Hak-hak Perempuan Afghanistan

14 September 2021, 06:18 WIB
Komisioner HAM PBB, Mischelle Bachelet sebut Taliban bohong soal amnesti pelayanan publik hingga hak-hak perempuan Afghanistan. /Reuters

 

PR BEKASI - Kondisi Afghanistan usai dikuasai oleh Taliban tidak luput dari sorotan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Seperti diketahui bahwa tak hanya PBB, sejumlah negara pun khawatir terhadap kondisi warga sipil Afghanistan saat ini.

Lantaran, kerap kali tersiar isu soal sikap Taliban terhadap warga Afghanistan yang dinilai menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM).

Sementara itu, Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, menjadi figur kesekian yang menyebut Taliban pembohong.

Baca Juga: Taliban: Kampus-kampus di Afghanistan Akan Dipisah Berdasarkan Gender dan Perempuan Harus Berpakaian Islami

Michelle Bachelet juga mengatakan bahwa Taliban tidak memenuhi janjinya soal menghormati hak-hak perempuan Afghanistan diantaranya yakni mulai dari meninggalkan rumah dengan bebas.

Selanjutnya keterlibatan dalam aktivitas politik, serta kemudahan untuk menerima pendidikan.

Tak hanya itu, Michelle Bachelet mengungkapkan bahwa, Afghanistan sekarang dalam kondisi yang berbahaya sejak milisi Taliban mengambil alih pemerintahan. Banyak perempuan dan komunitas etnis atau agama tertentu khawatir menjadi target persekusi.

"Kontradiktif dengan janji Taliban bahwa mereka akan menghormati hak-hak perempuan, tiga pekan terakhir mereka malah mengesampingkan perempuan dari ruang publik," kata Michelle Bachelet pada pertemuan Dewan HAM di Jenewa, Senin, 13 September 2021.

Baca Juga: Taliban Buat Aturan Baru untuk Mahasiswi Afghanistan, Mulai dari Pakaian Wajib hingga Proses Belajar

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 14 September 2021, Michelle Bachelet juga mempermasalahkan komposisi pemerintahan Taliban yang tidak ada satupun figur perempuan.

Menurutnya, hal itu akan menjadi preseden buruk. Sebagai catatan, Taliban menjadikan Afghanistan sebagai negara ke-13 teapa satupun pejabat perempuan di pemerintahannya.

"Mereka pun berbohong soal menjanjikan amnesti bagi pelayan publik atau aparat keamanan dari pemerintahan sebelumnya dengan melakukan penggeledahan rumah ke rumah," katanya.

"Kami di PBB sudah menerima beberapa laporan soal penggeledahan rumah unntuk mereka yang pernah bekerja untuk perusahaan Amerika dan militer pemerintahan sebelumnya. Staf PBB juga melaporkan ancaman yang meningkat," ujar Michelle Bachelet.

Baca Juga: Dekati Taliban, China Bersiap Garap Tambang Kaya Tembaga di Afghanistan

Michelle Bachelet mengusulkan adanya mekanisme monitor di Afghanistan untuk memastikan Taliban memenuhi janji-janjinya. Selain itu, ia juga mendesak adanya upaya tegas dari Dewan HAM PBB.

Sebelum Michelle Bachelet, Pemerintah Prancis lebih dulu menyebut Taliban pembohong karena tak menepati janji-janjinya.

Bahkan, Prancis juga memutuskan untuk tidak mengakui pemerintahan baru Afghanistan yang dibentuk oleh Taliban.

"Prancis menolak untuk mengakui atau membangun hubungan apapun dengan pemerintahan baru ini. Kami menginginkan aksi dari Taliban dan mereka yang membutuhkan bantuan ekonomi serta hubungan internasional," ujar Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, soal situasi Taliban di Afghanistan Sabtu pekan lalu.

Baca Juga: Larang Perempuan Afghanistan Jadi Menteri, Taliban: Tugas Mereka Melahirkan

Taliban mengklaim sudah mengizinkan perempuan untuk melanjutkan studinya di kampus-kampus.

Namun, Taliban menetapkan bahwa pemisahan gender harus diterapkan, pakaian sesuai syariat Islam harus dipakai, dan pelajar perempuan hanya boleh diajar oleh pengajar perempuan.

Jika pengajar perempuan tak ada, Taliban baru akan memperbolehkan pengajar pria bertugas.

Sementara itu, menurut laporan Reuters, Taliban di beberapa wilayah di Afghanistan telah membatasi akses perempuan dengan usia di atas 12 tahun ke pendidikan. Bahkan, Taliban melarang mereka untuk keluar dari rumah.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler