Tedros Adhanom Ghebreyesus Kecam Puluhan Staf WHO, Diduga Lakukan Pelecehan Seksual pada Gadis Kongo

29 September 2021, 20:10 WIB
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam tindakan puluhan staf WHO yang diduga melakukan pelecehan seksual pada gadis-gadis di Kongo. /Instagram/@drtedros

 

PR BEKASI - Puluhan staf Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO diduga terlibat dalam pelecehan seksual gadis-gadis di Kongo.

Kabar tersebut mengejutkan warga dunia terutama warga Kongo yang di tengah ancaman wabah bola di Republik Demokratik Kongo.

Seperti diketahui bahwa Kongo sempat sempat diterpa wabah Ebola yang menelan korban jiwa.

Sehingga, WHO mengirimkan bala bantuan dengan mengutus puluhan orang tersebut yang diduga terliban pelecehan seksual.

Baca Juga: Sekutu ISIS Tewaskan 30 Warga Desa di Kongo, Kelompok HAM: Benar-benar Kacau, Orang-orang Berlarian

Temuan itu berdasarkan penyelidikan oleh Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian selama 2018 hingga 2020 lalu.

Dalam laporannya, lebih dari 50 wanita menuduh pekerja bantuan dari WHO dan badan amal lainnya menuntut barter seks yang ditukar dengan imbalan pekerjaan.

Komisi independen menemukan bahwa 21 dari 83 tersangka pelaku dipekerjakan oleh WHO. Pelanggaran yang dilakukan termasuk sembilan tuduhan pemerkosaan dilakukan oleh staf nasional dan internasional.

"Para korban diduga dijanjikan pekerjaan sebagai imbalan hubungan seksual atau untuk mempertahankan pekerjaan mereka," kata anggota komisi Malick Coulibaly dalam konferensi pers kemarin, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 29 September 2021.

Baca Juga: Menentang Keras ISIS, Ulama Senior Kongo Dibunuh saat Pimpin Salat Tarawih

Dilaporkan bahwa banyak dari pelaku laki-laki menolak menggunakan alat kontrasepsi.

Sehingga, sekira 29 perempuan hamil dan beberapa dipaksa untuk menggugurkan kandungan oleh pelaku.

Dalam laporan tersebut, korban termuda adalah gadis 14 tahun bernama Jolianne, ia mengatakan kepada komisi sedang menjual kartu isi ulang telepon di pinggir jalan pada April 2019 di Mangina.

Pada saat itu seorang pengemudi WHO menawarinya tumpangan pulang.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, WHO: 90 Persen Rumah Sakit di Aghanistan Terancam Ditutup Minggu Ini

Namun, pengemudi itu bukannya mengantar ke rumah Jolianne, akan tetapi membawanya ke hotel.

Pengemudi tersebut kemudian memperkosanya hingga gadis remaja itu melahirkan seorang anak.

Tak hanya itu, kasus serupa juga terjadi pada beberapa wanita yang bekerja untuk proyek bersama WHO itu, mereka mengatakan mereka dilecehkan secara seksual oleh pria yang menjabat sebagai pengawas.

Pelaku memaksa mereka berhubungan seks agar korban bisa terus bekerja, mendapatkan upah atau mendapatkan gaji yang lebih tinggi.

Baca Juga: Pasukan Perdamaian RI Tewas di Kongo, Kaops PBB: Saya Mengutuk Keras Serangan Pengecut Ini

Sementara itu, beberapa mengatakan bahwa mereka telah dipecat karena menolak berhubungan seks.

Sedangkan korban lainnya tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan bahkan setelah melakukan hubungan seks.

Diketahui bahwa penanganan wabah Ebola di Kongo berakhir setelah dua tahun dengan korban tewas lebih dari 2.200 orang.

Menanggapi peristiwa tersebut, Kongo dan lembaga bantuan lainnya berjanji untuk menyelidiki insiden seks.

Baca Juga: Anggota TNI Tewas dalam Serangan di Kongo, DK PBB Desak Pelaku Segera Diseret ke Meja Hijau

Mendengar kabar tersebut, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam keras peristiwa memalukan di Kongo ini.

Tedros Adhanom Ghebreyesus berjanji tidak menoleransi pelecehan seksual dan meminta maaf kepada para korban.

"Itu tidak bisa dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Hingga saat ini, WHO dan Kongo belum menjelaskan bagaimana proses yang akan dilakukan serta sanksi yang akan mereka berikan jika puluhan staf WHO tersebut terbukti bersalah.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler