Ratusan Kematian Terjadi Setiap Harinya di Italia, Pemerintah Kewalahan Hingga Kerahkan 15 Truk Tentara Hanya untuk Buang Mayat

23 Maret 2020, 14:47 WIB
Kendaraan militer Italia yang mengangkut peti mati korban COVID-19 di kota Bergamo /Twitter

PIKIRAN RAKYAT - Kematian akibat virus corona atau COVID-19 di Italia terus membludak jumlahnya.

Bahkan angka kematian di Italia telah mencapai lebih dari 3.000 jiwa. Lebih banyak jumlahnya dari pada Tiongkok yang bahkan memiliki polulasi lebih banyak dibanding Italia.

Tenaga medis di Italia jelas kelelahan. Saking banyaknya, mayat-mayat pasien virus corona tidak bisa diproses satu per satu secara layak.

Dalam satu hari, satu pekan lalu di hari Rabu dan Kamis, Italia mendapatkan korban meninggal sejumlah lebih dari 400 orang.

Baca Juga: Polri Tetapkan 41 Tersangka Penyebaran Berita Hoaks Virus Corona 

Bergamo, salah satu wilayah di Italia menjadi saksi bagaimana ratusan mayat pasien virus corona atau COVID-19 itu tidak dapat dikuburkan atau dikremasi dengan layak.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari World Socialist Web Site (WSWS), Pemerintah Italia memutuskan mengirim lima belas truk tentara untuk mengangkut ratusan mayat-mayat dari berbagai kota. Mayat-mayat itu nantinya akan dibuang.

Di malam hari, belasan truk tentara akan melaju di jalanan kota yang telah sepi untuk mengangkut ratusan mayat.

Kejadian ini kerap kali diabadikan oleh warga yang tinggal di apartemen di wilayah Bergamo. Mereka diisolasi di rumah masing-masing hingga wabah ini mereda.

Baca Juga: Jokowi Akan Beri Santunan Kematian Rp 300 Juta untuk Tenaga Medis Virus Corona di Wisma Atlet 

Berbagai kondisi tidak terduga yang terjadi di Italia sangat menyayat hati. Terutama para dokter dan tim medis lain yang berjuang di garda terdepan.

Dr. Stefano Fagiuoli, seorang dokter yang bekerja di Rumah Sakit Bergamo bahkan mengunggah sebuah video pendek berisi pesan penting di media sosial instagram.

"Saya punya dua pesan. Yang pertama adalah untuk seluruh masyarakat, tolong tinggal di rumah.

"Pesan kedua adalah untuk siapa pun yang ingin membantu, kami sangat membutuhkan bantuan perawat dan dokter, kami juga membutuhkan ventilator dan Alat Pelindung Diri (APD)," kata dr. Stefano Fagiuoli.

Baca Juga: Kabar Bahagia untuk Anak Kereta, Mulai Sore ini Jadwal KRL Resmi Kembali Beroperasi Normal 

Dua orang dokter di rumah sakit yang sama di Italia menyatakan bahwa mereka telah kelelahan. Tenaga medis minim, rumah sakit kecil, tetapi mereka menerima banyak pasien setiap harinya.

Terlebih, di Italia, jumlah pasien dengan gejala pneumonia kritis juga membludak, sementara alat bantu pernapasan ventilator yang tersedia sangat minim.

Dokter dipaksa untuk memilih siapa yang lebih pantas untuk dipertahankan hidupnya karena minimnya alat medis yang mampu menunjang kesehatan pasien.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler