Dampak Rusia-Ukraina, Peneliti UGM: Negara Lain Perlu Siap Hadapi Lonjakan Pengungsi

4 Maret 2022, 18:46 WIB
Ilustrasi pengungsi konflik Ukraina dan Rusia, peneliti UGM buka suara. /Pixabay/kalhh

PR BEKASI – Yohanes Ivan Adi Kristianto, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menyebut ada dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

Menurut peneliti UGM tersebut, ada potensi lonjakan pengungsi yang bisa saja terjadi seperti yang terjadi pada 2011 lalu.

Sebelum Rusia-Ukraina berkonflik, gejolak politik juga pernah terjadi di Timur Tengah pada 2011 tersebut.

Konflik di Timur Tengah itu menyebabkan banyak orang mengungsi, Indonesia menjadi salah satu tempat tujuannya.

Baca Juga: Raffi Ahmad Alami Banyak Perubahan Sikap, Andre Taulany Akui Salut pada Temannya

Total tak kurang dari 13,5 juta orang harus pergi dari kampung halamannya demi bisa mencari perlindungan.

“Berkaca dari situ, banyak negara di dunia yang perlu mempersiapkan lonjakan jumlah pengungsi akibat konflik Rusia – Ukraina,” tutur Yohanes.

Yohanes lalu menyinggung soal teori dari Phillip Marthin yakni Push and Pull Factors Theory terkait migrasi pengungsi tersebut.

Menurut teori dari profesor dari University of California Davis tersebut, perang adalah salah satu faktor pendorong manusia untuk mengungsi.

Baca Juga: Mengenal Alina Kabaeva, Pesenam yang Diisukan Miliki Anak dari Vladimir Putin

Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu tujuan mereka demi mencari perlindungan dan rasa aman tersebut.

“Sementara itu, negara yang relatif aman dari segi kondisi politik, seperti Indonesia, menjadi negara tujuan strategis bagi para pengungsi,” kata Yohanes.

“Oleh karena itu, Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk memperkuat tata kelola pengungsi agar meminimalisi risiko yang diakibatkan membludaknya jumlah pengungsi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Dikutip Pikiran-rakyat.Bekasi.com dari laman The Conversatioan, ada alasan tersendiri mengapa hal ini terkait Asia Tenggara.

Baca Juga: Aksi Heroik Seorang Ayah Selamatkan Nyawa Sang Anak yang Nyaris Diinjak Banteng

Pasalnya menurut Yohanes, aksi Rusia di Ukraina berpotensi “membolehkan” aksi serupa di Laut China Selatan.

“Serangan Rusia ke Ukraina dapat menciptakan efek domino berupa anggapan bahwa serangan ke negara berdaulat lainnya diperbolehkan,” tuturnya.

Konflik Laut China Selatan beberapa waktu lalu sempat menyeruak yakni berupa klaim China atas wilayah itu berdasarkan sejarah versi mereka.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler