Pakar-pakar WHO Bantah Klaim Dokter Italia yang Sebut Virus Corona Tidak Lagi Mematikan

2 Juni 2020, 20:47 WIB
ILUSTRASI covid-19.* /Pixabay/

PR BEKASI - Para pakar World Health Organization (WHO) dan sejumlah ilmuwan lain pada Senin 1 Juni 2020, mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung dari pernyataan seorang dokter terkemuka di Italia.

Dokter terkemuka itu diketahui bernama Profesor Alberto Zangrillo, Kepala Perawatan Intensif di Rumah Sakit San Raffaele Italia, yang menanggung beban Covid-19 paling parah di Italia, mengatakan pada Minggu 31 Mei 2020, bahwa Covid-19 sudah melemah dan tidak lagi mematikan.

Dilansir Reuters, Selasa 2 Juni 2020, akan tetapi ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove dan beberapa pakar lain terkait virus dan penyakit menular mengatakan, komentar Alberto Zangrillo tidak didukung oleh bukti ilmiah.

Baca Juga: Militer Tiongkok Dikabarkan Ditangkap di Karawang Usai Menyamar Jadi Pekerja LRT, Simak Faktanya 

Tidak ada data yang menunjukkan bahwa Covid-19 berubah secara signifikan, baik dalam bentuk penularannya maupun tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

"Dalam hal penularan itu tidak berubah, dalam hal keparahan itu juga tidak berubah," kata Van Kerkhove kepada wartawan.

Sudah lazim bagi virus untuk bermutasi dan beradaptasi saat mereka menyebar. Pandemi Covid-19 sejauh ini telah menewaskan lebih dari 370.000 orang dan telah menginfeksi lebih dari 6 juta orang di seluruh dunia.

Martin Hibberd, seorang profesor penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan penelitian besar yang melihat perubahan genetik pada virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 tidak mendukung gagasan bahwa itu menjadi kurang kuat atau melemah dengan cara apa pun.

Baca Juga: Tak Ingin Tergesa-gesa, Pembukaan Masjid Istiqlal Masih Dikaji Meski Renovasi Hampir Selesai 

"Dengan data dari lebih 35.000 genom seluruh virus, saat ini tidak ada bukti bahwa ada perbedaan yang signifikan terkait dengan tingkat keparahan," kata Martin Hibberd seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Alberto Zangrillo, yang terkenal di Italia sebagai dokter pribadi mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, mengatakan komentarnya mendapatkan dukungan oleh penelitian yang dilakukan oleh sesama ilmuwan, yakni Massimo Clementi yang mana menurutnya akan diterbitkan pada pekan depan.

"Kami tidak pernah mengatakan bahwa virus telah berubah, kami mengatakan bahwa interaksi antara virus dan tuan rumah telah benar-benar berubah," kata dia kepada Reuters.

Hal tersebut, kata dia, bisa disebabkan oleh karakteristik virus yang berbeda, yang mana menurutnya belum diidentifikasi atau karakteristik berbeda pada mereka yang terinfeksi.

Baca Juga: Meski 15 Daerah di Jawa Barat Diizinkan Terapkan AKB, Epidemiolog Sebut Belum Ada Satu pun yang Siap 

Penelitian yang dilakukan oleh Massimo Clementi membandingkan sampel virus dari pasien Covid-19 di rumah yang berbasis di Milan pada bulan Maret dengan sampel dari pasien dengan penyakit pada bulan Mei.

"Hasilnya jelas, perbedaan yang sangat signifikan antara viral load pasien yang dirawat di bulan Maret dibandingan dengan pasien yang dirawat pada bulan Mei," kata Alberto Zangrillo.

Oscar MacLean dari Pusat Penelitian Virus University of Glasgow, mengatakan bahwa saran itu melemah tidak didukung oleh apa pun dalam literatur ilmiah dan juga tampaknya cukup tidak masuk akal karena alasan genetik.

Sementara itu, para ahli dan perwakilan dari Universitas Johns Hopkins, Pusat Medis Wake Forest Baptist, Universitas George Washington dan Northwell Health juga mengatakan mereka tidak mengetahui bukti yang menunjukkan bahwa virus telah berubah.

Baca Juga: Di Tengah Lokasi Pengungsian, Kamp Rohingya di Bangladesh Umumkan Kasus Kematian Covid-19 Pertama 

"Saran dari dokter Italia (Alberto Zangrillo) berpotensi berbahaya karena memberikan jaminan palsu dengan tidak didasari oleh bukti," kata Leana Wen, dokter darurat dan profesor kesehatan masyarakat di Universitas George Washington.

"Tidak ada bukti ilmiah untuk adanya perubahan pada Covid-19. Ini adalah penyakit yang sangat mudah menular dan sangat menular. Kita harus berjaga-jaga seperti biasa," ujar Leana Wen.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler