Dampak Perang Ukraina, Kelaparan Mengancam Timur Tengah dan Afrika

10 April 2022, 09:33 WIB
Gandum, salah satu sumber bahan pangan terdampak perang Ukraina. /Pixabay/minka2507/

PR BEKASI - Biji-bijian dan minyak nabati kini sedang pada level harga komoditas makanan tertinggi sejak Maret 2022 akibat gangguan perang Ukraina.

Naiknya harga komoditas makanan telah mengancam jutaan orang di Afrika dan Timur Tengah.

Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO dari PBB mengumumkan bahwa, di tempat lain juga terserang kelaparan dan kekurangan gizi akibat tingginya harga komoditas makanan.

Baca Juga: Polres Metro Bekasi Gelar Vaksin 2 dan Booster Hari Ini, Catat Waktu dan Tempatnya

Mereka mengatakan invasi Rusia di Ukraina sebagian besar bertanggung jawab atas kenaikan 17,1% harga biji-bijian, termasuk gandum dan lainnya seperti gandum, barley dan jagung. 

Bersama-sama, Rusia dan Ukraina masing-masing menyumbang sekitar 30% dan 20% dari ekspor gandum dan jagung global.

Josef Schmidhuber, wakil direktur divisi pasar dan perdagangan FAO, menyampaikan tindakan kontrol harga makanan harus segera dilakukan.

Baca Juga: 4 Olahraga Ringan yang Bisa Dilakukan Setelah Berbuka Puasa Menurut Pakar

"Ini benar-benar luar biasa. Jelas, harga makanan yang sangat tinggi ini membutuhkan tindakan segera," kata Schmidhuber, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari AP News, pada Jumat, 8 April 2022.

Dia menunjukkan bahwa pasokan makanan berskala besar sangat mengganggu harga komoditas pangan lainnya.

Kenaikan harga terbesar adalah untuk minyak nabati dengan kenaikan indeks harga mencapai 23,2%.

Baca Juga: 5 Karakter One Piece yang Pantas Dapat Screen Time Lebih Banyak

Ukraina adalah pengekspor minyak bunga matahari terkemuka di dunia sebagai bahan utama untuk menggoreng, dan Rusia adalah No. 2.

“Tentu saja ada gangguan pasokan besar-besaran, dan gangguan pasokan besar-besaran dari wilayah Laut Hitam telah memicu harga minyak nabati,” ucapnya.

Melonjaknya harga dan gangguan pasokan pangan Rusia dan Ukraina telah mengancam kekurangan pangan di negara-negara di Timur Tengah, Afrika dan beberapa bagian di Asia.

Negara-negara tersebut bergantung pada pasokan gandum dan biji-bijian lain yang terjangkau dari wilayah Laut Hitam.

Mereka harus memberi makan jutaan orang yang hidup dari roti bersubsidi dan mi murah, dan bagi warga yang menghadapi  ketidakstabilan politik.

Schmidhuber menyampaikan bahwa FAO segera bertindak untuk meringankan biaya impor negara-negara termiskin yang tertuang dalam sebuah proposal.

Mereka menyerukan negara-negara yang memenuhi syarat untuk berkomitmen pada investasi tambahan dalam produktivitas pertanian mereka sendiri agar mendapatkan kredit impor.***

Editor: Gita Pratiwi

Tags

Terkini

Terpopuler