Sejumlah Kota di AS Semakin Memanas, Jacob Blake Buka Suara Soal Kondisinya dari Ranjang Rumah Sakit

8 September 2020, 16:27 WIB
Ilustrasi Gerakan 'Black Lives Matter'./* /

 

PR BEKASI - Hingga kini, beberapa kota di negara bagian Amerika Serikat tengah diguncang oleh para pengunjuk rasa yang meminta ditegakkannya keadilan di negara tersebut.

Awalnya keadaan Amerika Serikat memanas setelah terjadinya kasus George Floyd pada bulan Mei lalu. Ia tewas setelah seorang polisi menekan lehernya dengan lutut selama kurang lebih 9 menit.

Tak hanya sampai disitu, dua bulan berselang dari kasus George Floyd, terjadi pula kasus penembakan terhadap Jacob Blake yang juga dilakukan oleh seorang polisi pada bulan Agustus lalu.

Baca Juga: Bangun Potensi Wisata, 12 Pokdarwis di Kabupaten Bekasi Mendapat Pelatihan

Walaupun berhasil selamat dari penembakan tersebut, Jacob Blake mengalami kelumpuhan permanen dari pinggang hingga kakinya. Tak hanya itu, beberapa organ dalamnya pun mengalami kerusakan.

Dua kasus tersebut cukup membuktikan bahwa petugas polisi kerap bersikap rasisme kepada warga kulit hitam. Tak pelak, sejumlah pengunjuk rasa pun pecah di beberapa kota di Amerika Serikat.

Para demonstran beramai-ramai mengutuk sikap rasisme petugas kepolisian dan menuntut ditegakkannya keadilan untuk para warga kulit hitam.

Baca Juga: Banting Setir dari Panggung Hiburan ke Dunia Politik, Simak Sederet Artis yang Ramaikan Pilkada 2020

Unjuk rasa tersebut pun bertepatan dengan gejolak ekonomi dan sosial yang terjadi akibat pandemi Covid-19, yang saat ini sudah menewaskan hampir 190.000 orang di Amerika Serikat, di mana angka tersebut merupakan jumlah kematian tertinggi di dunia.

Di tengah semua gejolak unjuk rasa dan juga demonstrasi di Amerika Serikat, untuk pertama kalinya Jacob Blake bersuara tentang kondisinya saat ini.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, untuk pertama kalinya Jacob Blake berbicara dari ranjang rumah sakit.

Baca Juga: Usai Keliling Pesisir Indonesia, Edhy Prabowo Dikabarkan Positif Covid-19

Dalam sebuah video yang diunggah di Twitter oleh pengacaranya yakni Ben Crump, terlihat sosok Jacob Blake mengenakan pakaian khas pasien rumah sakit berwarna hijau.

Dalam video tersebut Jacob Blake menceritakan kesakitan yang harus dialaminya setelah terjadinya penembakan tersebut.

"Saya mendapat staples di punggung saya, dan juga staples di perut saya," kata Jacob Blake, dalam video yang diunggah pada Sabtu, 5 September 2020.

Baca Juga: Menag Sebut Radikalisme dari Orang Good Looking, Gatot Nurmantyo: Dialah Penyebar Virus Sebenarnya

"Sungguh menyakitkan untuk bernapas, untuk dapat tertidur, dan untuk berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Bahkan untuk makan pun terasa sakit," kata Jacob Blake.

Selain aksi unjuk rasa atas kasus George Floyd dan Jacob Blake, kini para demonstran pun turut mengecam tindakan polisi yang menyebabkan kematian pria kulit hitam lainnya yakni Daniel Prude pada bulan Maret lalu, yang baru terungkap baru-baru ini setelah sebuah rekaman video dirilis ke publik oleh pihak keluarga Daniel Prude.

Dalam video tersebut, Daniel Prude ditangkap oleh polisi di jalanan dalam keadaan telanjang dan juga tangan di borgol, polisi pun menutup kepala Daniel Prude yang menyebabkan dirinya sesak nafas dan akhirnya meninggal di hari ke 7 setelah penangkapan.

Baca Juga: Kejahatan Dunia Siber dan Peretasan Kian Marak, Polri Bagikan Tips Kelola Email dan Website

Unjuk rasa yang menuntut keadilan untuk Daniel Prude terjadi di Rochester, New York. Dalam unjuk rasa tersebut polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan sekitar 2.000 orang pengunjuk rasa.

Dalam unjuk rasa tersebut sembilan orang ditangkap, dan tiga petugas polisi dirawat di rumah sakit setempat karena cedera akibat bentrokan yang terjadi.

Baca Juga: Produksi Drama 'Sea of Silence', Netflix Gandeng Gong Yoo dan Bae Doo Na sebagai Pemeran Utama

Selain itu, bentrokan hebat juga terjadi di kota Portland, Oregon, tepatnya di hari ke-100 mereka melakukan aksi unjuk rasa untuk menyuarakan anti-rasisme.

Dalam aksi unjuk rasa rasa tersebut, para demonstran melemparkan batu dan bom molotov ke arah polisi. Polisi pun kemudian menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa, yang menyebabkan sedikitnya 1 orang terluka, dan 50 orang ditangkap.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler