Emmanuel Macron mengatakan kebebasan menggambar sejalan dengan kebebasan berkeyakinan di Prancis.
Pernyataan itu ia sampikan setelah majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun tersebut pada bulan September lalu.
Pada awal Oktober, Macron berpidato, diduga dalam pidatonya tersebut ia menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis" secara global.
Menurut laporan dari Al Jazeera, ia juga mengatakan akan bekerja melawan "separatisme Islam" di Prancis.
Baca Juga: Anggap Pencopotan Baliho oleh TNI Sudah Sesuai UU, Lestari Moerdijat: Alat Negara Berhak Menertibkan
Dua minggu kemudian, seorang guru sejarah Prancis, Samuel Paty meninggal usai dipenggal di luar sekolah.
Pada 29 Oktober lalu, seorang pria Tunisia berusia 21 tahun juga tega membunuh tiga orang di dekat gereja di Nice.
Sementara, Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia menghormati Muslim yang dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad SAW.
Namun, pernyataan itu dianggap bukan merupakan alasan untuk melakukan kekerasan.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada akhir Oktober lalu, Macron mengatakan bahwa pemerintah Prancis tidak mendukung kartun Nabi Muhammad.