Hubungannya Seringkali Tidak Baik, Turki Ingin 'Rujuk' dengan AS di Bawah Pimpinan Joe Biden

- 1 Januari 2021, 13:12 WIB
Presisden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presisden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. /The New York Times

Kemudian, Turki menjelaskan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi atau persenjataannya.

Namun, penjelasan itu tidak menghentikan AS menjatuhkan sanksi pada awal bulan ini untuk menghukum Turki di bawah Undang-undang Penentang Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) yang bertujuan untuk menekan kembali pengaruh Rusia.

Ini adalah pertama kalinya CAATSA digunakan untuk menghukum sekutu AS.

Sanksi tersebut menargetkan Direktorat Industri Pertahanan Turki (SSB), yang diketuai Ismail Demir dan tiga pejabat senior lainnya. Ini juga termasuk larangan sebagian besar izin ekspor, pinjaman, dan kredit ke badan tersebut.

Baca Juga: Gara-gara Selfie Setelah Disuntik, Yunani Hentikan Program Vaksinasi untuk Pejabat Negara

Cavusoglu mengatakan Turki sendiri telah mengusulkan kelompok kerja bersama mengenai sanksi tersebut. 

“Sekarang lamaran itu datang dari AS. Karena kami selalu mendukung dialog, kami mengiyakan, dan negosiasi dimulai pada tingkat ahli,” kata Cavusoglu.

Ia juga mengatakan pemberian sanksi adalah salah langkah baik secara politik maupun hukum.

"Itu adalah serangan terhadap hak kedaulatan kami," katanya.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x