PR BEKASI - China menjadi sorotan sejumlah negara terkait kebijakan dan stigmanya terhadap etnis Uighur hingga saat ini.
Sejumlah negara juga menilai bahwa perlakuan China terhadap etnis Uighur tersebut merupakan hal diskriminatif dan melanggar hak asasi manusia. Terlebih China cukup sensitif ketika publik internasional menyorotinya soal etnis Uighur tersebut.
Baru-baru ini pun dikabarkan bahwa pihak Twitter telah mengunci akun Kedubes China di AS lantaran ditemukan cuitan yang membela kebijakan China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Hal tersebut menurut kebijakan Twitter telah melanggar pedoman perlakuan tidak manusiawi.
Baca Juga: Cek Fakta: Tanda SOS di Pulau Laki Dikabarkan Penumpang Selamat Jatuhnya Sriwijaya Air
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China mengatakan pada Kamis, 21 Januari 2021 kemarin bahwa mereka bingung dengan langkah tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kemenlu China mengatakan itu merupakan tanggung jawab kedutaannya untuk menyerukan disinformasi dan mengklarifikasi fakta.
Akun Kedutaan Besar China, @ChineseEmbinUS, bulan ini kedapatan mengunggah cuitan dengan mengatakan bahwa perempuan Uighur telah dibebaskan dan tidak lagi menjadi "mesin pembuat bayi", mengutip sebuah penelitian yang dilaporkan oleh surat kabar yang didukung pemerintah China Daily, dikutip dari Reuters pada 21 Januari 2021 lalu.
Cuitan tersebut kemudian dihapus oleh Twitter dan diganti dengan label yang menyatakan bahwa unggahan tidak lagi tersedia.